Jumat, 29 Maret 2013

335. Berhenti Menjadi Pengemis


Selama ini, Budi selalu menyediakan beberapa uang recehan untuk berjaga–jaga kalau melewati pengemis atau ada pengemis yang menghampiri. Satu lewat, kuberi, kemudian lewat satu pengemis lagi, kuberi. Hingga persediaan receh di kantong habis, barulah aku berhenti dan menggantinya dengan kata “maaf” kepada pengemis yang kesekian. Tidak setiap hari Budi melakukan itu karena memang pertemuan dengan pengemis juga tidak setiap hari.

Sahabat Budi, Metta, punya cara lain. Awalnya Budi merasa bahwa dia pelit karena Budi tidak pernah melihatnya memberikan uang recehan kepada pengemis. Padahal kalau ditaksir, gajinya lebih besar dari gaji Budi.



Bahkan mungkin gaji Budi itu, besarnya hanya setengah dari gaji Metta. Tetapi setelah apa yang Budi lihat sewaktu bersama–sama berteduh dari kehujanan, anggapan itu ternyata salah.


Seorang ibu setengah baya sambil menggendong anaknya menghampiri Budi dan Metta seraya menengadahkan tangan. Tangan Budi yang sudah berancang–ancang mengeluarkan uang recehan, ditahan Metta.

Kemudian Metta mengeluarkan dua lembar uang dari sakunya, satu lembar seribu rupiah, satu lembar lagi seratus ribu rupiah. Sementara si ibu tadi ternganga, entah apa yang ada di pikirannya, sambil memperhatikan dua lembar uang itu.


“Ibu kalau saya kasih pilihan mau pilih yang mana, yang seribu rupiah atau yang seratus ribu…?” tanya Metta.


Sudah barang tentu, siapa pun orangnya pasti akan memilih yang lebih besar. Termasuk ibu tadi yang serta merta menunjuk uang seratus ribu. “Kalau ibu pilih yang seribu rupiah, tidak harus dikembalikan. Tetapi kalau ibu pilih yang seratus ribu, saya tidak memberikannya secara cuma – cuma. Ibu harus mengembalikannya dalam waktu yang kita tentukan, bagaimana…?” terang Metta.


Agak lama waktu yang dibutuhkan ibu itu, untuk menjawabnya. Terlihat dia masih nampak bingung dengan maksud Metta. Dan, “Maksudnya… yang seratus ribu itu hanya pinjaman…?”


“Betul bu, itu hanya pinjaman. Maksud saya begini, kalau saya berikan seribu rupiah ini untuk ibu, paling lama satu jam mungkin sudah habis. Tetapi saya akan meminjamkan uang seratus ribu ini untuk ibu agar esok hari dan seterusnya ibu tidak perlu meminta–minta lagi” katanya.


Selanjutnya Metta menjelaskan bahwa dia lebih baik memberikan pinjaman uang untuk modal bagi seseorang agar terlepas dari kebiasaannya meminta–minta. Seperti ibu itu, yang ternyata memiliki kemampuan membuat gado–gado. Di rumahnya, dia masih memiliki beberapa perangkat untuk berjualan gado–gado, seperti cobek, piring, gelas, meja dan lain – lain.


Setelah mencapai kesepakatan, akhirnya kami bersama–sama ke rumah ibu tadi, yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berteduh. Hujan sudah reda dan kami mendapati lingkungan rumahnya yang lumayan ramai. Cocok untuk berdagang gado–gado, pikirku.


Metta sering menyempatkan diri untuk mengunjungi penjual gado–gado itu. Selain untuk mengisi perutnya dengan tetap membayar, dia juga berkesempatan untuk memberikan masukan bagi kelancaran usaha ibu penjual gado–gado itu.


Belum tiga bulan dari waktu yang disepakati untuk mengembalikan uang pinjaman itu, dua hari lalu saat Metta kembali mengunjungi penjual gado–gado. Dengan air mata yang tidak bisa lagi tertahan, ibu penjual gado–gado itu mengembalikan uang pinjaman itu ke Metta. “Terima kasih, Nak. Kamu telah mengangkat ibu menjadi orang yang lebih terhormat.”


Metta mengaku selalu menitikkan air mata jika mendapati orang yang dibantunya sukses. Meski tidak jarang, dia harus kehilangan uang itu karena orang yang dibantunya gagal atau tidak bertanggung jawab. Menurutnya, itu sudah resiko. Tetapi setidaknya, setelah ibu penjual gado–gado itu mengembalikan uang pinjamannya berarti akan ada satu orang lagi yang bisa dia bantu. Dan akan ada satu lagi yang berhenti meminta–minta. 



Rabu, 27 Maret 2013

334. Kisah Bocah Pengamen dan Sedekah


Seorang bocah pengamen tanpa alat musik apapun, termasuk tepukan tangan. Kira-kira berusia 10 tahun.

Aku senang memandanginya, dia tidak seperti anak-anak jalanan kebanyakan. Kotor, bau, dan menyanyi seadanya. Ada hal unik dalam dirinya, pakaiannya bersih, memakai sandal, rambutnya jatuh tidak klimis, dan kuku tangan dan kakinya pun bersih. Seperti anak rumahan. Ibunya sungguh merawatnya, pikir ku malam itu.

Satu hal yang menjadi perhatianku, ternyata anak tersebut kurang normal. Gaya menyanyinya dieja kata perkata dengan berusaha sekuat tenaga agar apa yang diucapkannya jelas terdengar. Rupanya lirik sholawat badar menjadi lagu favoritnya. Beberapa penumpang senyum-senyum simpul memandangnya. Jujur, aku pun ingin tertawa lebar. Aku berusaha menahan tawaku dengan mengalihkan pandangan ke luar jendela.

Setelah selesai menyanyi, ternyata masih ada satu hal yang dia lakukan. Dia memberi nasihat kepada kami tentang manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara. Subhanallah, dia membawakannya dengan penuh semangat, penuh percaya diri dan sangat sungguh-sungguh. Tanpa malu, meskipun tidak sedikit penumpang yang tersenyum simpul. Masya Allah, dia mendoakan kami semua. Hatiku begitu lapang mendengarnya. Beda rasanya ketika yang berdoa adalah panitia masjid yang memang ada maksud ingin meminta sumbangan. Anak itu begitu polos.



Seperti biasanya, anak-anak pengamen akan meminta bayaran atas hiburan yang sudah mereka persembahkan. Tidak kecuali dia. Dia memulainya dari kursi depan samping Pak Supir. Satu dua orang telah terlewati tanpa memberi apa-apa. Alhamdulillah orang ketiga telah memberinya uang. “Makasih Pak, semoga rizkinya nambah ya Pak” spontan anak itu mendoakan sang Bapak. Masya Allah bergetar hati saya. Dia terus mendoakan setiap penumpang yang memberinya uang. Penumpang yang memberi hanya mampu berucap amin sambil menggangguk disertai senyuman.

Biasanya saya selalu menyeleksi setiap ada pengamen bis kota, minimal melihat tampang dan kesungguhan mereka dalam menyanyi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pengamen anak-anak adalah mereka yang dimanfaatkan oleh orangtua untuk mencari nafkah. Itulah salah satu usaha saya untuk mengurangi maraknya anak jalanan. Tapi tidak untuk bocah itu. Tangan saya pun ringan memberinya uang, dan saya niatkan untuk bersedekah. Saya pun tidak terlewatkan dari do’anya.

Sungguh banyak hikmah yang dapat saya ambil. Bocah itu telah mengingatkan banyak hal kepada saya. Kesungguhan dalam bekerja untuk mencari rizki tanpa malu yang penting halal, usaha untuk melakukan kebaikan dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja, dan lapangnya dada kita untuk menebar do’a kepada siapa saja. Semoga Allah memberikan Rahmat dan perlindungan Nya kepada bocah itu dari kejahatan di malam hari. Amiin.


Selasa, 26 Maret 2013

333. Sama Sekali Tak Ada Alasan Untuk . . .


Pernahkah anda melihat dari dekat tunas kecil yang muncul dari biji-bijian ? Saat anda melakukannya benamkanlah diri anda dan rasakanlah ketakjuban luar biasa dengan apa yang anda lihat dari kuasa Allah Yang Maha Esa itu. Jalaludin Rumi berkata: “Juallah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu.”

Sebetulnya saya ingin mengajak kepada anda memperhatikan tunas itu dengan memperhatikan kehidupan anda ketika kecil. Tak seorangpun di kolong langit ini yang mempunyai petunjuk dengan detail cara kerja tumbuhnya tunas & cara besarnya anda dari buaian. Semua pertanyaan dan penelitian tidak pernah berakhir atas kejadian yang menakjubkan tersebut.

Ada miliaran planet, obyek dan bintang gemintang di galaksi Bima Sakti kita, padahal masih ada lagi sekian miliar tak terhitung banyaknya galaksi di luar sana. We are only the dot in the universe. Kita hanyalah sebuah noktah di alam raya yang tak bertepi ini. Jika ada diantara anda yang berpikir bahwa ada dinding di ujung sana, kalau ya . . . siapa yang membuatnya ? Allah Yang Maha Esa bukan ?

Bagaimana mungkin seseorang dapat pesimis di dunia yang hanya sebuah noktah ini. Jantung anda mulai berdetak ketika beberapa minggu terjadi pembuahan di dinding rahim Ibu Anda. Itu adalah sebuah misteri bagi semua orang. Ingatlah, kita semua sama – dari embrio.

Bagiku adalah sebuah keluarbiasaan sejati apabila anda mengetahui bahwa kita semuanya dari embrio dan kita punya potensi yang sama besarnya untuk menjadi orang-orang terpilih dan menjelma menjadi orang-orang hebat.

Saya tau anda semua pasti tau bahkan sangat akrab dengan petikan ayat alquran berikut ini :
"wa idz ta adzdzana robbukum la in syakartum la aziidannakum wa la in kafartum inna 'adzaabi la syadiid"
namun kalau boleh su'udzon --hehe su'udzon kok boleh-- saya yakin sangatlah sedikit dari kita yang benar-benar merenungi, menghayati dan mentadabburi kandungan maknanya yang begitu dalam.

Bro... Sis...
Jika kita memang benar-benar telah ber-iman, ber-islam, dan ber-ihsan, maka kita sama sekali tidak akan pernah menemukan celah atau alasan sedikit pun dalam kehidupan ini untuk tidak bersyukur kehadirat Allah jalla tsanauhu atas segala limpahan nikmatNya seperti apapun bentuknya.
Marilah kita hidup dengan penuh semangat kawan !!!

SEBUAH PERJUANGAN BELUM DIKATAKAN BENAR-BENAR GAGAL SAMPAI AKHIRNYA KTA BERHENTI UNTUK TERUS MENCOBA DAN MENCOBA

wallohu ta'ala a'lamu bis showab



Minggu, 24 Maret 2013

332. Kura-kura Belajar Berlari


Alkisah, di tepian sungai sebuah hutan, tampak seekor kura-kura sedang berjalan di sana. Mendekatlah sahabatnya, seekor pelanduk.

“Hai kura kura, apa kabar pagi ini?”

“Hai juga pelanduk. Yah…beginilah aku. Jalanku lambat dan tidak mungkin bisa berlari secepat dirimu,” jawab si kura-kura dengan suara iri.

Si pelanduk melanjutkan berkata, “Sobat, seiisi hutan sedang resah saat ini. Raja hutan sedang mengerang kelaparan dan mulai mencari mangsa. Duh, giliran siapa ya yang akan menjadi santapannya kali ini? Jujur saja, aku kasihan kepadamu! Jalanmu begitu lambat, pasti akan menjadi korban empuk bagi sang raja.”

Dengan suara memelas si kura-kura berkata, “Sobat, tolong ajari aku cara berlari cepat seperti kamu agar aku bisa menyelamatkan diri bila hendak dimangsa oleh raja hutan.”

Si pelanduk setuju dan sejak saat itu, si kura-kura rajin berlatih berlari cepat seperti yang diajarkan oleh pelanduk.

Hingga suatu hari, sang raja hutan berada tak jauh dari si kura-kura. Melihat jalan si kura-kura yang (menurutnya) aneh, si raja hutan hanya mengikuti sambil mengeluarkan suara erangan dan mempermainkannya dengan kuku kakinya. Lalu, karena ketakutan yang luar biasa, si kura-kura akhirnya menghentikan usaha berlarinya. Diapun menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung, terdiam memejamkan mata dan pasrah kepada nasib— menunggu eksekusi dari si raja hutan.

Tempurung kura-kura yang diam seperti batu bukanlah benda yang asyik untuk dimainkan, juga bukan barang yang nikmat untuk dimakan. Maka, tidak lama kemudian si raja hutan pun meninggalkan kura-kura.

Monyet di atas pohon pun berteriak nyaring ke kura-kura, “Hai kura-kura, bangunlah!! Bahaya sudah berlalu!”

Serasa tidak percaya, si kura-kura perlahan menjulurkan kepalanya melihat ke arah monyet, “Huah, aku selamat!”

“Benar, engkau selamat! Engkau sungguh hewan yang sangat beruntung karena tempurung perlindunganmu menempel di tubuhmu. Jika ada bahaya mengancam, engkau tidak perlu lari cepat-cepat seperti kami! Maka, tidak perlu belajar berlari cepat seperti pelanduk atau memanjat pohon seperti kami. Karena sesungguhnya setiap makhluk hidup memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.”

Sambil tertunduk malu si kura menjawab, “Ya, benar! Sobat, terima kasih atas nasihatmu. Sekarang aku tahu, tidak ada yang perlu disesali karena menjadi seekor kura-kura. Tidak harus menjadi seperti makhluk lain. Ternyata, aku juga makhluk yang memiliki kelebihan istimewa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya!”

Teman-teman yang Luar Biasa,

Setiap orang yang dilahirkan di dunia ini pasti punya manfaat! Juga, pasti memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, kalau kita hanya berfokus pada kelebihan orang lain atau pada kelemahan diri kita sendiri, maka keyakinan dan kepercayaan diri kita sulit dikembangkan.

Untuk itu, kita perlu mengenal serta mengembangkan kekuatan/kelebihan kita.

Sekecil apapun kemampuan kita pada awalnya, namun kalau kita fokus dan penuh kesungguhan hati dalam mengembangkannya, lambat laun keyakinan dan kepercayaan diri kita akan tumbuh dengan sehat, serta membawa kita pada kemenangan dan kesuksesan!! 



Minggu, 03 Maret 2013

331. Kisah Gubernur dan Wanita Jelata


Seorang gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.

Dengan keheranan sang Gubernur bertanya, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?"

Janda bermuka buruk itu menjawab, "Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat."

"Maksud engkau?" tanya sang Gubernur mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu."

Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu shalat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal."

Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernur merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah ruah, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.

Akhirnya sang Gubernur jatuh cinta kepada perempuan lusuh yang berparas hanya lebih bagus sedikit dari monyet itu. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.

Maka pada suatu kesempatan, diundanglah mereka oleh Gubernur dalam sebuah pesta mewah. Juga para tetangga, termasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernur lantas memerintah agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting, pertanda ada orang gila yg melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan. Gubernur lalu bertanya, "Mengapa kau banting gelas itu?"

Tanpa takut wanita itu menjawab, "Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik dari pada wibawa Tuan berkurang lantaran perintah Tuan tidak dipatuhi."

Gubernur terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu.

Sebab lainnya?" tanya Gubernur. Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya menaati perintah Allah. Sebab di dalam Alquran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan."

Gubernur kian takjub. Demikian pula paran tamunya. "Masih ada sebab lain?"

Perempuan itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengan saya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernurnya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya. "Maka ketika kemudian Gubernur yang kematian istri itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkan berbalik sangat gembira karena Gubernur memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernurnya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.


Jumat, 01 Maret 2013

330. Jika Anda . . .


1) Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki cukup makanan & dapat membaca maka anda adalah bagian dari kelompok terpilih.
2) Jika anda bangun pagi ini & merasa sehat, maka anda lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini.
3) Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena dipenjara, kesakitan karena penyiksaan atau kelaparan, maka anda berada selangkah lebih maju dibandingkan 500 juta orang di dunia.
4) Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa atau mati, maka anda beruntung karena lebih dari 3 milyar orang di dunia ini tidak dapat melakukannya.
5) Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju2 di lemari pakaian & memiliki atap yang menaungi tempat anda beristirahat, maka anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini .
6) Jika anda memiliki uang di bank, di dompet & mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran, maka anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang2 kaya di dunia.
7) Jika orang tua anda masih hidup & menikmati kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka, maka anda termasuk salah satu dari kelompok orang2 yang dikategorikan langka.
8) Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir & merasa benar2 bahagia, maka anda memiliki keistimewaan tersendiri karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut.
9) Jika anda dapat membaca pesan ini, maka anda baru saja menerima karunia ganda karena seseorang memikirkan anda & anda jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 1 milyar orang yang tidak dapat membaca sama sekali.

Semoga anda menikmati hari yang indah ini.
Hitunglah karunia keberuntungan anda & sampaikan hal ini kepada orang lain untuk mengingatkan bahwa sebenarnya kita adalah ORANG2 YANG SANGAT BERUNTUNG.
Dengan BERSYUKUR anda akan lebih menikmati hidup yang hanya sebentar ini.