Sabtu, 27 September 2014

475. Rasa Malu ke Surga



Banyak orang yang menyangka kalau sudah rajin sholat, rajin ibadah, pasti “tiket” ke syurga sudah di kantong, seperti dia sudah yakin banget bahwa syurga pasti dimasukinya. Kebanyakan orang lupa bahwa bukan ibadahnya yang menyebabkan dia dapat dimasukan ke dalam syurga, tapi semat-mata karunia Allah SWT. Menagapa? Coba kita lihat uraian berikut ini.

Betapapun banyak amal yang kita lakukan, tak sebanding dengan umur yang telah diberikan Allah SWT pada kita, menurut perkiraan kita, kita sudah beramal banyak, nyatanya jika dihitung secara cermat, ibadah kita ternyata hanya sedikit sekali. Faktanya dari kehidupan sehari-hari, waktu untuk tidur lebih banyak dibandingkan waktu ibadah.
Coba saja hitung dalam setiap hari, yang riil aja, misalnya, sholat sehari semalam 5 waktu kali rata- rata 6 menit, di jumlah hanya 30 menit saja kita sholat sehari semalam. Sedang kita tidur setiap hari rata-rata 6- 8 jam ! Minim sekali ibadah kita pada Allah, itupun belum tentu diterima Allah, apa lagi kalau dibarengi dengan riya, maka ibadah kita tak bernilai apapun, nilai ibadah kita nol, kalau dibarengi dengan riya, ingin di puji atau alasan lainnya yang bukan karena Allah SWT.

Dan kalau mau dihitung-hitung, rasanya tak pantas kita mendapat syurga, tak pantas kita dimasukan ke dalam syurga di akherat nanti, mengapa ? Karena ibadah kita sedikit sekali, sedangkan dosa kita banyak sekali, hampir tiap hari dosa kita lakukan, ada aja dosa yang kita lakukan, ntah dosa kecil yang tidak kita merasa melakukan sampai dosa yang sengaja dilakukan.

Dari dosa yang disebabkan anggota tubuh, seperti mata, telinga, mulut, tangan, kaki, hati dan lain sebagainya. Mata berdosa dengan melihat yang bukan haknya, telinga berdosa dengan mendengar hal-hal yang tak baik, mulut berdosa dengan kata-kata yang menyakiti hati orang lain , gibah dan fitnah, begitu juga tangan dan kaki juga berdosa ketika digunakan pada jalan yang dimurkainya. Sedangkan hati ikut berdosa karena, telah merendahkan orang lain dan mengunjingkannya, walaupun tidak dikatakannya.

Banyak orang mengira bahwa amal ibadahnya sudah banyak sekali, tapi terkadang lupa, karena ibadahanya sering diikuti dengan niat yang keliru alias bukan karena Allah, tapi ingin di katakan pahlawan, bagi yang perang melawan penjajah, ingin dikatakan dermawan bagi yang menyumbang atau beramal dengan harta, atau ingin disebut ilmuwan bagi yang beramal dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Padahal amal apapun namanya, bila niatnya untuk mencari ridho Allah atau semata-mata hanya karena Allah, itulah amal yang insya Allah akan diterimaNya. Namun bila terjadi sebaliknya, bukan pahala yang didapat, tapi kehinaan dariNya. Bukan syurga yang didapat, bisa jadi malah nereka menjadi tempatnya yang abadi.

Jangan pernah beranggapan bahwa kalau kita masuk syurga ( ingat, kalau ! ) itu karena ibadah kita, bukan, bukan ibadah kita yang menyebabkan kita masuk syurga, tapi kasih sayang Allah semata. Karena kalau ibadah yang menyebabkan kita masuk syurga, malu kita ! Ibadah kita amat sangat sedikit sekali, dan kalau untuk membalas satu aja dari karunia Allah yang kita terima selama di dunia, tak akan terbalas, apa lagi untuk mendapatkan syurgaNya. Jadi, masuk syurga atau tidaknya kita nanti, itu urusan Allah, itu hak Allah, kewajiban kita hanya menjalankan perintahNya titik ! Di luar itu, bukan urusan kita.

Bayangkan aja, dari usia yang begitu banyak setelah di total kurang lebih hanya 5 tahun, itu akumulasi dari sholat kita yang hanya 6 menit setiap waktunya atau (6 menit X 5 waktu ) 30 menit setiap harinya, mari kita hitung : Satu tahun itu 365 hari dibagi dengan waktu 30 menit setiap harinya kita sholat, maka akan di dapat hanya kurang lebih 12 hari dalam setahun kita sholat. Nah kalau usia kita misalnya, taruhlah mencapai usia 60 tahun, berarti 60 di bagi 12 akan di dapat angka 5, ya hanya 5 tahun dalam asumsi usia 60 tahun, kalau itu jadikan porsentase, maka kita dapatkan angka 5:60X100% = 8,33 %.

Bayangkan, kita sholat hanya 8,33 % dari seluruh usia kita yang di asumsikan 60 tahun, itupun di hitung sejak nol tahun, padahal kita mengetahui kewajiban sholat baru jatuh pada usia akil balig, kurang lebih rata-rata usia 15 tahun.

Kalau dipakai rumusan rata-rata ini, maka hitungannya adalah asumsi usia dikurangi usia balig di bagi dua belas yaitu 60-15= 45 : 12= 3,75 tahun, jadi lebih sedikit lagi. Kalau di jadikan prosentase 3,75:60 X100%= 6,25 %, nah bayangkan, dalam asumsi usia 60 tahun kita hanya sholat, 3,75 tahun alias hanya 6,25 % ! Itupun kalau sholatnya lengkap 5 waktu setiap harinya dari mulai balig sampai usia 60 tahun, kalau sholatnya bolong-bolong, ya tentu lebih sedikit lagi waktunya untuk sholat.

Nah inilah makanya nabi mengajarkan kita untuk sholat nawafil, sholat-sholat sunnat, seperti sholat rawatib, sholat sunnah tahajud, witir, tarawih, sholat sunnat wudhu dan lain sebagainya, itulah fungsi sholat sunnat, “menambal” sholat-sholat wajib kita, yang bisa saja “bolong-bolong”, bolongnya bukan hanya benar-benar meninggalkan sholat atau niat sholatnya yang salah, bukan karena Allah, tapi riya.

Kembali kepada perhitungan waktu sholat, untuk perempuan lebih sedikit lagi waktu yang dipergunakan untuk ibadah sholat, sebab perempuan akan mendapat “tamu bulanan”, yang rata-rata tarulah 10 hari perempuan tiap bulannya tidak sholat karena mendapat “tamu bulanan “, kalau dihitung 10 (hari) X 6 (menit) X 5 (waktu) =300 menit berkurang setiap bulan, kalau setahun, 300 X 12= 3600 menit, kalau 60 tahun berarti 3600X 60 =216000 menit berkurannya. 216000 menit : 24 = 9000 hari, kalau dijadikan bulan 9000 : 30= 300 bulan, kalau dijadikan tahun di dapat(300 : 12 ) 25 tahun !

Jadi untuk perempuan asumsi ibadahnya dalam usia 60 tahun di kurangi usia balig lalu dikurangi akumultif “tamu bulanan”nya yaitu 60-15-25 = 20 : 12= 1,66 tahun ! Kalau dijadikan prosentase 1,66:60X100%=2,77 %. Dengan hasil perhitungan ini, wanita secara rata-rata dalam asumsi usianya yang 60 tahun sholat hanya 1,66 tahun atau hanya 2,77 % saja ! Astagfirullah Hal adziim !

Makanya Nabi pernah bersabda : “ Dalam ibadah sholat wajib secara rata-rata lelaki ”melibihi “ perempuan” Maaf perempuan jangan marah dulu, banyak kelebihan lain yang dimiliki perempuan di bandingkan laki-laki, misalnya hadist yang berbunyi : “ Syurga di bawah telapak kaki Ibu “ hadist yang lain berbunyi : “ Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang sholeha “ Bahagialah wahai kaum wanita, syurga dan dunia ada di tanganmu, yang bicara bukan saya, Nabi sendiri melalui sabdanya !

Kembali pada ibadah kita, yang bila data atau perhitungan di atas kita jadikan acuan, niscaya kita malu, malu dan malu sekali pada Allah SWT, ibadah yang begitu sedikit minta syurga, terkadang minta syurganya pun tak tanggung-tanggung, syurga Firdaus, syurga tertinggi yang tempatnya para rosul dan nabi. Dengan fakta-fakta tersebut, maka jika di akherat nanti kita masuk syurga, itu semata-mata hanya karunia Allah, bukan karena amalan kita, amalan kita tak cukup untuk memasukan kita ke dalam syurga, amalan kita tak pantas memasukan kita ke syurga, lagi-lagi itu hanya karunia Allah pada kita, itu hanya karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada kita, kalau tidak karena karunia Allah, maka kita pantasnya di masukan ke neraka !

Mari kita bermohon kepada Allah, agar Dia memberikan karuniaNya kepada kita, bukan karena ibadah kita, tapi karuniaNya ! Ya Tuhan kami, berikanlah kami keselamatan di dunia dan kebahagaian di akherat dan selamatkanlah kami dari neraka . Amin. Ya Alllah, hamba tak pantas masuk syurgaMu, tapi ya Allah, hamba tak sanggup menahan panasnya api nerakaMu, jangan api di nerakaMu ya Allah, api di dunia saja, sudah dapat menghancur leburkan daging dan tulang belulang hamba menjadi debu !

Ya Allah, lindungi hamba dari azab kubur dan nerakaMu. Hamba memang tak pantas masuk syurgaMu, tapi nerakaMu, hamba tak mampu membayangkan panasnya, apa lagi memasukinya. Api dunia saja sudah dapat membakar seluruh tubuh kami dan dapat menghancurkan kami menjadi abu, apalagi api nerakaMu, yang kalau dihitung dengan derajatnya, nyaris tak terhitung ! Maka, ya Allah, selamatkan hamba dari nerakaMu ya Allah, masukan hamba ke dalam syurgaMu yang penuh kenikmatan. Amin.

Ya Allah, hamba memang tak pantas masuk syurgamu, malu hamba masuk syurgamu dengan amalan yang sedikit hamba miliki, tapi kemana hamba minta syurga, kecuali padaMu? Kemana hamba memohon ampun, kecuali kepadaMu? Benar-benar hamba malu, jika dimasukan ke dalam syurgaMu, karunia mata saja tak dapat hamba membalasnya, apa lagi syurgamu yang penuh dengan kenikmatan yang tak terpikir oleh manusia


Jumat, 26 September 2014

474. Pohon Kebajikan



Di desa saya, di dataran Liaodong Tiongkok ada sebuah kisah turun temurun yang sangat menyentuh hati. Alkisah, pada pinggiran desa terdapat sebuah gubuk tua dan reot, yang ditinggali oleh seorang ibu berusia paruh baya.

Penduduk sekitar hanya tahu ibu itu bermarga Zhang dan tidak ada seorang pun yang tahu nama sebenarnya. Ibu itu mengandalkan hidupnya dengan mengumpulkan barang-barang bekas.

Suatu ketika, pada masa terjadi tiga tahun bencana alam, saat ibu tua itu sedang mengumpulkan barang-barang bekas di dekat sebuah rumah sakit, ia mendengar suara tangisan bayi yang terbuang.

Bayi itu lalu digendong dan dibawa pulang ke gubuk tuanya. Selama tiga tahun bencana alam itu, ada empat bayi buangan yang ditemukannya.

Demi menghidupi ke empat bayi tersebut, si ibu tua itu terpaksa mengais sisa-sisa makanan di tong-tong sampah, dan mencari yang masih bisa dimakan. Setelah menemukannya, ibu tua itu akan memamahnya sampai lembut dulu baru disuapkan kepada bayi-bayi tersebut.

Orang tua para bayi itu, ada yang merasa tidak sanggup untuk membesarkannya, ada pula yang lahir di luar nikah, meskipun demikian mereka tidak seharusnya terlahir sebagai anak yang terbuang. Sebenarnya ibu tua itu sendiri pun hidupnya sudah sangat sengsara, akan tetapi anehnya, dengan kemukjizatan, dia telah dapat membesarkan ke empat bayi tersebut.

Dua puluh tahun kemudian, tiga anaknya telah lulus ujian dan masuk Universitas. Sedangkan satunya lagi masuk sekolah angkatan dan menjadi perwira. Ke empat anak tersebut akhirnya menetap, berkeluarga dan bekerja di kota.

Kemudian anak-anaknya membawa ibu tua itu untuk pindah ke kota, dan mereka saling berebut ingin merawat ibu tua itu. Setelah ibu tua itu meninggal, rumah gubuknya yang tua dan reot itu meskipun kalau di dorong dengan satu tangan saja sudah roboh, akan tetapi bagi penduduk sekitar sana, rumah itu memiliki arti tertentu.

Penduduk setempat memagari rumah tua itu dengan menggunakan bambu, dan membangun sebuah pintu besar di mana di atas pintu itu tergantung sebuah papan bertuliskan “Pondok Kebajikan”, sedang di halaman depan rumah itu ditanam sejumlah pohon, orang orang menyebutnya sebagai “Pohon Kebajikan”.

Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang ini, Prinsip “keuntungan adalah di atas segalanya” telah menjadi motto dari kebanyakan masyarakat. Nilai-nilai kebajikan sedikit demi sedikit terkikis, hilang terbuang. Di dalam pergaulan antar manusia adanya rasa kecurigaan semakin meningkat, sedang kebajikan menjadi semakin berkurang.

Cerita di atas telah menggambarkan seorang ibu tua yang namanya saja tidak di kenal orang, dan dalam mengatasi kehidupannya sendiri pun sangat sulit, tetapi dari hasil dengan mengumpulkan barang-barang bekas telah membesarkan ke empat anaknya yang berbakat baik. Si ibu tua ini dengan penuh belas kasih telah memelihara sifat murni manusia.

Mengenai hal terkikisnya kebajikan, ini merupakan suatu hal yang tidak baik yang terjadi selama proses perkembangan masyarakat. Kebajikan adalah prinsip yang tidak membawa kepentingan apapun. Ini merupakan sifat dasar manusia, adalah betul-betul lurus dan murni.

Ada pepatah yang menyebutkan “Kebaikan budi bagai setetes air yang akan dibalas dengan sumber air”. Kebajikan akan mendapat balasan kebajikan pula, ibu tua di pedesaan itu adalah sebuah contoh yang kongkrit.


Kamis, 18 September 2014

473. The Meaning of L..O..V..E..



A : Aku tdk menyukai istriku lg !

B : Pulang dan cintailah dia

A : Anda tdk mengerti aku, aku sdh tdk punya perasaan itu lg.

B : Pulang dan cintailah dia

A : Tetapi scr emosi aku berarti tdk jujur kalau aku memperlakukan istriku spt itu, pdhl aku tdk merasakannya.

B : Apakah menurutmu Ibumu mencintaimu?

A : Tentu saja (dg mantap)

B : Kira2 1 minggu stlh ibumu plg dr RS & membawamu plg, dan kamu menangis menjerit2 di tengah mlm krn popokmu basah dan dia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih, berjalan di lantai yg dingin tanpa alas kaki utk mengganti popokmu dan menyusuimu. Apakah menurutmu dia sungguh2 menikmati itu semua?

A : Tidak (menunduk)

B : Kalau begitu. Apakah Ibumu secara emosi jg tidak jujur?

Ukuran besarnya cinta bukan krn dia menikmati mengganti popok di tengah mlm, melainkan krn ibumu RELA melakukan itu semua meski dia tdk begitu menyukainya.

Pernikahan tdk hanya didasari persaan Cinta, lbh dari itu yaitu KOMITMEN.

Saat pertama seseorg menikahi istrinya pasti krn cinta, ttp cinta yg menggebu2 akan padam seiring dg berjalannya waktu.

Hanya Komitmen yg membuat Cinta manggebu2 menjadi Cinta yg matang dan dewasa.

Lalu.. Apa yg disebut dg Cinta Sejati ?? Cinta yg sifatnya turun ke bawah, yaitu cinta yg tdk memikirkan untung rugi, cinta yg rela berkorban demi seseorg yg dikasihinya. Inilah cinta yg hrs diusahakan dlm setiap Pernikahan.

Ada org berkata "aku cinta kamu".. berarti : "aku ingin memilikimu & biarlah kamu kumiliki" adalah cinta yg egois krn hanya bergantung pd Perasaan seseorg. Sebab perasaan akan dimakan oleh wkt dan bisa saja perasaan ini muncul pd diri org lain/pasangan org lain.

Suasana hati mudah berubah, kondisi fisik semakin tua dan tdk menarik, komitmenlah yg menyelamatkan pernikahan.. Berani melakukan sebuah "tindakan" baik dlm keadaan suka maupun tdk utk mengasihi pasangan & mempertahankan Pernikahan yg telah Tuhan anugrahkan....


Selasa, 16 September 2014

472. Rezeki Rumah Miring



Seorang ibu yang mengaku bernama Dessy datang menghampiri saya usai sebuah pertemuan. “Boleh berbicara sebentar, Pak?!” tanyanya. “Silakan bu…!” jawab saya. Saat itu saya baru saja berbicara di hadapan sekelompok kaum ibu mengenai kebesaran Allah Swt dan bagaimana ALLAH Swt menjawab setiap doa hambaNya. Acara sudah usai dan saya tengah istirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah.

Bu Dessy menyampaikan pengalamannya saat saya masih terus mengunyah. Begitu antusias ia menuturkan hingga saya pun mulai pasang telinga. Ia mengabarkan bahwa ia bersyukur memiliki seorang suami yang amat shalih. Keshalihan suami itulah yang membuat Dessy mengambil keputusan menikah dengannya, meskipun awalnya Dessy adalah seorang non-muslimah. Setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai dua orang anak, Dessy mendapati bahwa ia merasa tidak cocok dengan agama Islam, bahkan belakangan ia  kembali kepada agama semula.

“Saya terus mencoba untuk membuat anak-anak ikut ke agama saya namun rupanya mereka lebih sayang kepada ayah mereka…” tutur Dessy. Ia melanjutkan bahkan saking kuatnya pengaruh ketaatan beragama suaminya, anak-anak tumbuh menjadi keturunan yang shalih dan kuat berakidah. Hingga Dessy menuturkan pengalaman dialognya dengan seorang anaknya yang berumur 4 tahun saat itu dan membuat jalan hidup Dessy kembali berubah.

“Kami saat itu sedang asyik bermain ayunan di taman…. Kami tertawa riang dan bercanda….. Saat kami kelelahan bermain dan beristirahat sambil duduk di taman aku berkata kepada anakku,

‘Nak…, enak sekali ya bermain di taman seperti ini!’ Sang anak pun menjawab,

‘Ya Ma, asyik sekali… Tapi sayang ya kita cuma bisa bermain bersama di sini, tidak di surga.’jawab sang anak.”

“Memangnya mengapa kita tidak bisa main seperti ini di surga nanti?!” tanya Dessy keheranan. Anaknya yang tersayang itu menjawab, “Kita kan semua muslim, sementara mama bukan hamba Allah yang muslimah. Sedang surga hanya Allah berikan kepada hamba yang taat kepadaNya….”

DEGGG….! Hati Dessy tersentak. Ia tidak menyangka bahwa anaknya mampu berpikir sedemikian jauh. Hati Dessy menjadi galau. Matanya kini berkaca-kaca membayangkan bahwa ia tidak bisa berjumpa lagi dengan anaknya di surga nanti. Namun sejurus kemudian ia malah berpikiran buruk terhadap suaminya.

“Ini pasti ulah suamiku!” batin Dessy. Ia menyangka bahwa suaminya pasti telah mendoktrin anaknya sedemikian rupa.

Sore itu sepulang suaminya dari tempat bekerja Dessy menyerangnya habis-habisan. Anehnya meski Dessy berteriak-teriak dengan suara melengking, sang suami malah terlihat begitu tenang dan selalu tersenyum. Begitu Dessy mereda sang suami memberinya penjelasan dan menyadarkan Dessy untuk kembali ke jalan Allah Swt. Alhamdulillah hati Dessy meluluh. Hidayah Allah Swt kembali lagi menyapanya. Dessy berniat untuk kembali menjadi muslimah dengan satu syarat bahwa sang suami harus mencarikan seorang guru yang tepat untuk Dessy agar ia yakin dan mantap memeluk agama Islam.

Suami Dessy menerima syarat itu lalu ia mengajak Dessy untuk melakukan shalat Isya berjamaah. Maka Dessy kembali menyembah Allah Swt setelah sekian lama ia meninggalkanNya. Shalat Isya di malam itu begitu sejuk terasa dalam batin Dessy dan suaminya. Sang suami bersyukur kepada Allah Swt sambil menitikkan air mata bahagia, sedang Dessy menengadahkan wajah dan kedua tangannya sambil memanjatkan doa dengan suara yang terpendam dalam dada. Dessy sampaikan kepada Allah, Tuhannya :

“Ya Allah…., hingga kini aku belum merasakan keagungan dan kehebatanMu…

Andai betul Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Kuasa…, mohon kiranya Engkau membuat rumah ini laku terjual!”

Demikianlah doa yang dipanjatkan Dessy malam itu kepada Tuhannya. Sebuah doa dari hamba yang lemah yang ingin menguji kekuasaan dan keperkasaan Allah Swt.

Saya terperanjat mendengar tutur doa yang pernah Dessy panjatkan. Saya bertanya kepada Dessy apakah rumah itu kemudian laku terjual? Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya………

Sudah 7 bulan yang lalu rumah yang ia diami saat itu pernah diiklankan untuk dijual. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan lebih dari itu Dessy dan suaminya memasarkan rumah mereka di berbagai media. Namun sayang tidak ada satu pun respon positif dari iklan yang dipasang. “Jangankan melihat lokasi, telefon masuk pun yang menanyakan rumah tidak ada” jelas Dessy singkat.

“Kami pun menyadari bahwa memang rumah kami sulit untuk dijual. Sebab lokasi rumah itu di lingkungan warga keturunan yang masih begitu percaya hoki dan feng shui. Ditambah lagi bentuk tanah rumah kami miring. Apalagi nomor rumah kami adalah 4 (empat) yang berarti mati dan membawa sial. Kami sudah putus asa menjual rumah itu, hingga kami berhenti beriklan” jelas Dessy.

Saat suami Dessy meyakinkannya untuk kembali memeluk Islam dan bercerita akan keagungan Allah. Maka Dessy pun ingin menguji kebenaran dari kuasa Allah Swt itu. Sebab itu Dessy berdoa dengan redaksi di atas. Sebuah doa yang menantang kekuasaan Allah Ta’ala.

“Terus bagaimana kelanjutan kisahnya, bu….?” tanya saya tak sabar. Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya:

Seperti rutinitas harian yang Dessy kerjakan maka pagi itu ia berangkat ke toko miliknya. Sepanjang hari Dessy menanti ijabah dari Allah Swt atas doa yang ia panjatkan. Namun hingga sore hari masih belum ada pertanda akan datangnya ijabah doa itu.

Ba’da Ashar suami Dessy datang menjemput. Saat baru saja tiba Dessy langsung bertanya penuh harap kepadanya, “Apakah ada orang yang datang menanyakan rumah, Pa?!” Sang suami malah balik bertanya, “Memangnya apakah kamu pasang iklan kemarin?!” Dessy menjawab, “Tidak!” “Ngawur kamu, Ma…. Masak tidak pasang iklan terus berharap ada orang yang datang menanyakan rumah!!!” Dessy tidak  membalas kalimat terakhir dari mulut suaminya, namun ia membatin, “Ya Allah, rupanya Engkau tidak berkuasa seperti yang aku harapkan!”

Tak lama setelah itu Dessy dan suaminya kembali pulang ke rumah. Saat itu kira-kira pukul setengah lima sore. Dessy dan suaminya baru tiba di rumah. Mereka tengah berada di kamar dan baru saja berganti pakaian. Mereka saling bertukar cerita dan pengalaman yang mereka lalui hari itu. Dalam perbincangan mereka di kamar saat itu, tiba-tiba mereka berdua mendengar ada suara seorang perempuan asing mengucapkan salam di luar rumah. Dessy mengintip lewat jendela. Di sana ada seorang wanita berjilbab panjang dengan warna muram. Sekilas Dessy menyangka bahwa perempuan itu pasti datang untuk meminta sumbangan. Dessy keluar dari kamar dan ia berpesan kepada pembantunya untuk memberi infak bila perempuan di luar sana meminta sumbangan. Usai berpesan Dessy pun kembali ke dalam kamar.

Pintu kamar kemudian diketuk oleh sang pembantu dan Dessy pun keluar.

“Bu…, perempuan di luar tadi katanya datang mau melihat rumah” jelas sang pembantu.

Deggg….! sontak Dessy terperanjat. Tak percaya akan berita yang didengarnya, maka Dessy bergegas untuk membukakan pintu bagi tamunya.

“Wajah tamu itu begitu sumringah….” papar Dessy.  “Setiap kali ditunjukkan sebuah bagian ruang dari rumah kami, ia selalu bertasbih menyebut nama Allah dan kegirangan” imbuhnya lagi. Ia menyatakan tertarik dengan rumah Dessy dan menanyakan berapa harga yang diminta. Di luar dugaan Dessy sang tamu tidak hanya setuju dengan harga yang disebutkan, bahkan wanita itu mengajaknya untuk pergi ke notaris keesokan paginya untuk transaksi jual-beli rumah. SUBHANALLAH….!

Dessy kegirangan sore itu dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah untuk menyampaikan rasa syukurnya atas ijabah doa yang Allah Swt berikan. Esok paginya ia datang ke notaris bersama suami dan ibu calon pembeli rumah. Akte jual-beli rumah sudah diselesaikan dan proses akad tersebut begitu mudah dan cepat. Wajah Dessy begitu sumringah, dan dalam obrolan di kantor notaris itu Dessy sempat bertanya kepada ibu yang membeli rumahnya, “Bu…, apa yang membuat ibu tertarik dengan rumah kami dan darimana ibu mencari infonya?”

Sang ibu pembeli rumah menjawab, “Saya memang sudah lama mencari rumah di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Namun belum ketemu jodohnya barangkali. 2 malam yang lalu sehabis shalat Isya saya merasa kegerahan di dalam rumah. Sambil ngobrol dengan suami di teras rumah, maka saya ambil setumpuk koran lama di meja yang ada di teras untuk kipasan. Lagi asyik ngobrol eh… tiba-tiba saya melihat ada sebuah iklan baris yang menjual rumah di daerah Kelapa Gading. Melihat ukuran rumah dan harganya kok sepertinya cocok betul dengan rumah yang saya cari. Maka keesokan harinya saya baru datang ke rumah bapak-ibu.”

Mendapati penjelasan sang ibu pembeli, Dessy menjadi terkesima dan melongo. Ia seolah tak percaya akan apa yang didengarnya. Sekali lagi Dessy menegaskan, “Dua malam yang lalu ibu membaca iklan baris itu?! Koran itu terbitan tanggal berapa dan pukul berapa ibu berada di teras rumah sambil kipas-kipasan?!”

“Gak tahu ya bu tanggal berapa koran tersebut tapi rasanya mungkin 7 bulan lalu itu koran. Sementara kalau waktu saya ngobrol dengan suami di beranda rumah saat itu mungkin kira-kira pukul 7 malam mungkin ya…” jawab sang ibu pembeli ringan.

“ALLAHU AKBAR….!” Dessy memekik. Ia terdiam sejenak dan tak sanggup berkata apa-apa. Beberapa bulir air mata kini menitik di pipinya. Sang suami dan ibu pembeli rumah bertanya apa gerangan yang terjadi. Lama Dessy terdiam. Tak sanggup ia mengangkat wajah. Setelah agak tenang Dessy menjelaskan bahwa 2 malam yang lalu ia shalat Isya bersama suami setelah sekian lama ia murtaddah. Ia ceritakan kepada semua yang hadir di ruangan notaris itu bahwa malam itu ia berdoa dengan redaksi menantang kekuasaan Allah Swt. Sungguh diluar jangkauan pikiran Dessy bahwa kalimat-kalimat doa itu rupanya naik menghadap Allah Swt, dan pada saat yang sama Allah Swt menjawab doanya dengan memberikan pantulan sinar pada tumpukan koran lama yang ada di beranda rumah ibu pembeli. Ibu pembeli rumah lalu merasa kegerahan dan Allah Swt menggerakkan tangannya untuk mengambil koran lama untuk dibuat kipas. Maka iklan rumah yang berbulan-bulan itu akhirnya menemui calon pembelinya. SUBHANALLAH!

Dalam ruangan notaris itu Dessy berikrar bahwa kini ia tidak ragu lagi terhadap Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, keagungan Allah Swt amat menakjubkan. Apakah Anda merasakannya?!