Baik itu hanya
berupa kata sifat, atau di ilustrasikan dengan suatu hal.
Mencari Cinta ibarat kupu – kupu, makin dikejar makin susah ditangkep. Ngga dikejar malahan nyamperin. Mendapat cinta Ibarat mawar, bisa aja dapet wanginya, kadang2 harus terluka karena durinya
Cinta bukan kupu
– kupu atau mawar, bukan juga termasuk dalam golongan benda seperti dalam ilmu
IPA waktu kita sekolah dulu (padat, cair, gas). Bukan juga sifat. Cinta adalah
rasa, tapi bukan yang bisa dirasa dengan indera seperti juga dalam pelajaran SD
dulu.
Universal ? Barangkali ini mendekati pas. Tergantung penilaian dan pengertian masing – masing individu. Tergantung waktu dan ruang. Cinta adalah penilaian dari nurani. Yang memberikan kedamaian atau sebaliknya. Yang bisa memaksa otak dan syaraf untuk bekerja di luar kendalinya atau sebaliknya juga.
Ngga pernah bisa ditebak kapan tu cinta datang, atau kita paksa untuk pergi. Asal muasalnya dari senyuman, berkembang dengan kata – kata indah dan menjadi rasa nyaman. Kemudian bergejolak karena pertentangan dua ego, karena perbedaan prinsip. Akibatnya, muncul yang namanya benar dan salah, iya dan tidak. Ngga sedikit yang gagal dalam masalah pertentangan ini, ketika yang satu bilang salah dan yang satu bilang bener. Yang ini iya yang itu engga. Ngga sedikit yang akhirnya harus berjalan masing2, mencari mawar baru atau menunggu kupu2 menghampiri…
Gagal ??? Ngga juga. Justru di situ awal mulanya pembelajaran. Karna di situ banyak muncul pertanyaan yang mesti kita jawab. Banyak sikap yang harus kita ambil untuk menjadi lebh baik, Dan di sini peranan ego, sifat dan prinsip bermain dengan kencang.
Pernikahan, inilah kelanjutan cinta. Tempat di mana semua ego dan sifat jelek harus di kesampingkan. Tempat hawa nafsu dan energi negatif harus dimatikan. Di sini juga cinta kita di uji, dipertaruhkan di hadapan sang pencipta dan Undang-Undang.
Buah dari cinta dan pernikahan adalah anak, harapan semua umat manusia sebagai mahkluk yang paling sempurna. Sejak tangis pertama dan seiring perkembangannya, seiring pula cinta kita tumbuh dan berkembang menjadi gumpalan salju yang semakin besar. Tidak ada kata tidak untuk anak. Memberi tanpa balas, memaaf tanpa dendam, melepas untuk kebahagiannya.
Sampai akhirnya, kita tutup usia. Dan semoga kita bisa tersenyum, saat kita harus meninggalkan orang – orang yang kita cintai, Saat kita merasa selesai melaksanakan dan mengajarkan arti cinta kepada orang – orang yang kita tinggalkan. Kembali kepada-NYA, yang selalu mencintai.
Sakit, sedih, senang, bahagia, itulah bagian dari cinta. Bagian dari apa yang sudah disisipkan sejak jerit tangis pertama kita pecah. Sebuah pembelajaran dan motivasi untuk bisa merubah sikap, mengerti akan makna memberi tanpa pengharapan. Mengerti akan maaf dan makna kata tulus. Membuat senyuman dan kedamaian untuk orang – orang yang masih dan selalu ada di hati kita. Dan kembali kepada-NYA dengan senyuman pula. Itulah cinta ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar