MAY 14
Pada bulan ke-2 diawal kuliah, seorang
Profesor yang mengajar mata kuliah Discret Mathematic memberi quiz mendadak
pada kami. Kebetulan aku cukup menyimak semua kuliah-kuliahnya, jadi dengan cukup
cepat aku selesaikan soal-soal quiz, sampai akhirnya aku sampai pada soal yang
terakhir yang membuat aku agak kaget. Isi soal terakhir ini adalah : Siapa
nama depan wanita yang menjadi petugas pembersih sekolah ? Aku yakin soal ini Cuma “bercanda”.
Aku sering melihat perempuan ini. Tinggi, berambut gelap dan berusia
sekitar 50-an, tapi gimana aku bisa tahu nama depannya… ?
Akhirnya aku kumpulin kertas ujianku, tentu
saja dengan jawaban soal terakhir kosong. Sebelum kelas berakhir, seorang mahasiswa yang
duduk dua baris dibelakangku bertanya pada Profesor itu, mengenai soal
terakhir akan “dihitung” atau tidak. “Tentu saja dihitung !!” kata si Profesor.
“Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak orang, semuanya penting!
Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan
sepotong senyuman, atau sekilas “hallo”! Saya selalu ingat pelajaran itu. Saya kemudian
tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah “Dorothy”.
Kemudian Profesor itu menceritakan sebuah
cerita sebelum dia keluar dari kelas, aku masih ingat cerita itu sampai sekarang,
kurang lebih begini ceritanya Beberapa belas tahun yang lalu, pukul setengah dua
belas malam. Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur, sedang berdiri
di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang
sangat deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya sedang rusak, dan
perempuan ini sangat ingin menumpang mobil. Dalam keadaan basah kuyup, ia
mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat. Dan kebanyakan mobil yang
lewat, dikendarai oleh orang-orang ras kulit putih American. Dan mungkin
karena di tahun 1960-an terjadi konflik etnis, pengemudi mobil-mobil tersebut
bahkan tidak mengacuhkan wanita negro tersebut.
Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang
pemuda Amerika berambut pirang, dia berhenti untuk menolong ibu ini. Pemuda ini sama sekali tidak
peduli akan konflik etnis tahun 1960-an. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu
negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu
mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu tadi
bertanya tentang alamat si pemuda pirang itu, menulisnya, lalu mengucapkan
terima kasih pada si pemuda.
Tujuh hari berlalu, dan tiba-tiba pintu
rumah pemuda ini diketuk seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman
sebuah televisi set besar berwarna (bahkan pada tahun 1960-an di Amerika, barang ini
masih merupakan barang mewah) khusus dikirim kerumahnya. Terselip surat kecil
tertempel di televisi, yang isinya adalah : “Terima kasih nak, karena
membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak hanya membasahi bajuku, tetapi juga
jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya. Karena pertolongan anda,
saya masih sempat untuk hadir disisi suamiku yang sedang sekarat…
hingga wafatnya. Tuhan memberkati anda, karena membantu saya dan tidak
mementingkan dirimu pada saat itu” Tertanda Mrs. Nat King Cole. (Nat King
Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA).
Itulah cerita yang diceritakan profesor
itu, dan sebelum dia keluar dari kelas, dia melontarkan kata-kata yang memang
sudah aku tebak sebelumnya, kata-kata itu adalah… “Kalian tahu, pemuda itu adalah
aku, dan aku tidak akan pernah melupakan pelajaran berharga itu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar