Alkisah, Putera yang telah yatim sedari kecil,
tinggal bersama sang bunda di sebuah rumah yang sederhana. Mereka bertetangga
akrab dengan Pak Mansur yang tinggal sendiri di rumahnya yang luas. Dalam
segala hal, masalah apa pun, Pak Mansur adalah konsultan terbaik bagi Putera.
Setelah lulus sekolah dan menikah, Putera dan
keluarga kecilnya pindah ke kota. Dia begitu sibuk bekerja hingga tidak punya
waktu untuk menemani istri dan anaknya, apalagi pulang kampung untuk bertandang
ke tetangganya dulu.
Suatu hari, bunda mengabarkan berita duka
bahwa Pak Mansur meninggal dunia dan akan dimakamkan 3 hari mendatang. Meski
pekerjaan menumpuk, Putera memutuskan untuk pulang. Upacara pemakaman
berlangsung sederhana dan sepi karena Pak Mansur tidak memiliki banyak kerabat.
Malam sebelum kembali ke kota, Putera bersama
sang bunda berkunjung ke rumah tetangga lama. Pusaran waktu seakan membawanya
ke masa lalu saat bersama penghuni rumah itu. Di sini, setiap lukisan, setiap
sudut, dia hafal dan paling tahu...Tiba-tiba, Putera menghentikan langkahnya
dan menatap meja di depannya.
"Ada apa?" tanya bunda.
"Kotak kecil itu hilang," jawab
Putera.
"Kotak kecil apa?" tanya mamanya
lagi.
"Pak Mansur punya sebuah kotak kecil
berwarna emas dan terkunci. Di meja ini. Sering saya tanya, ‘Apa isi kotak
kecil itu?'''' dan dia selalu menjawab, ‘Di dalam sini, tersimpan barang yang
paling berharga''''," jelas Putera sambil menirukan suara Pak Mansur.
"Dan saya bahkan tidak pernah tahu barang apa yang paling berharga
itu," lanjut Putera, merasa bersalah.
Dua minggu berlalu, Putera mendapat kiriman
sebuah paket. Tertulis nama pengirim: "Bapak Mansur". Dengan
penasaran, buru-buru dibukanya kiriman itu. Putera terpana saat menemukan kotak
kecil berwarna emas dan sebuah kunci, serta secarik kertas. Dengan tangan
gemetar, Putera membaca surat itu: "Setelah saya meninggal, kotak ini
tolong diberikan kepada Putera. Ini adalah barang yang paling berharga selama
kehidupanku." Dengan debar jantung yang kuat, Putera menemukan sebuah jam
saku yang sangat indah. Dengan rasa sayang, Putera menyentuh permukaan jam saku
dan membuka penutupnya. Di dalamnya terukir kata-kata: "Putera, terima
kasih atas waktumu-Mansur."
"Ya Tuhan, ternyata barang paling
berharga bagi Pak Mansur adalah waktuku. Saat bersama dengannya!"
Putera terpaku sejenak dan seakan
‘tertampar'''' kesadarannya. Ia segera berpasan kepada asistennya untuk
mengosongkan jadwal selama 3 hari. "Mengapa, Pak?" tanya asistennya
kebingungan.
"Penting dan mendesak! Saya harus
menemani keluarga saya," jawabnya.
Sahabat yang luar biasa,
Setiap saat kita sibuk bekerja keras dengan
alasan ingin sukses dan kaya raya demi membahagiakan keluarga kita. Tetapi,
pada akhirnya, justru waktu bersama keluargalah yang selalu dikorbankan untuk
itu, sehingga banyaknya uang tidak berujung membahagiakan.
Mari ingatkan pada diri sendiri, untuk bijak
membagi waktu agar kehidupan berjalan dengan seimbang dan bahagia menjadi milik
bersama.
1 komentar:
top
Posting Komentar