Lembaran kertas putih merasa tak nyaman
ketika baru saja keluar dari pabrik. Ia merasa bingung dengan kenyataan
dirinya. Tidak ada garis, tulisan, atau warna apa pun kecuali putih. Tapi,
wujudnya berbentuk buku seperti yang lain.
“Kok aku beda?” tanya si buku polos ke
lembaran buku tulis yang lain. “Beda?” sergah salah satu buku tulis bergaris.
“Iya. Coba perhatikan, kamu tercetak dengan garis-garis teratur. Ada yang
kotak-kotak. Yang lainnya lagi bahkan ada yang tertulis dengan huruf berwarna
disertai kartun lucu,” ucap buku polos bersemangat. “Sementara aku? Boro-boro
kartun lucu, satu garis pun tak ada yang hinggap!” tambah si buku polos
menggugat.
“Jadi, kamu tak terima?” tanya buku
bergaris teratur, lembut. “Tentu saja! Ini tidak adil!” sergah si buku polos
begitu spontan.
Semua terdiam. Semua jenis buku tulis mulai
ambil jarak dengan buku polos. Mereka khawatir kalau ketidakpuasan bukan
sekadar gugatan, tapi berubah jadi tindakan. Hingga...
Seorang anak manusia mengambil buku polos
dengan tangan kecilnya. Lembaran buku tak bergaris dan berwarna itu pun
dipandangi sang anak begitu tajam. Entah apa yang dilakukan, beberapa menit
kemudian, buku polos itu tak lagi putih sepi. Ia sudah berubah menjadi halaman
penuh warna. Ada goresan merah, hijau, biru, kuning, dan berbagai perpaduan
warna lain.
Ketika buku itu ditinggalkan sang anak,
beberapa buku lain datang menghampiri. Semua terperanjat. Karena lembaran yang
semula polos, kini berubah menjadi bentuk lukisan penuh warna. “Aih indahnya!”
gumam semua buku tulis begitu kagum.
Saat itulah, sang buku polos sadar. Selama
ini, ia salah. Kepolosannya tanpa garis bukan bentuk penghinaan terhadap
dirinya. Bukan juga ketidakadilan. Tapi, karena ia akan menjadi wadah berbagai
goresan warna seni yang akan membentuk karya indah. “Ah, aku ternyata buku
gambar!” ucap si buku polos akhirnya. **
Hidup ini penuh warna. Hampir tak ada yang
sama pada ciptaan Allah. Walaupun, masih sama-sama manusia. Ada yang kaya,
cukup, dan kurang. Ada yang cantik, tampan; ada pula yang biasa saja. Ada yang
berhasil dan sukses, tidak sedikit yang merasa gagal.
Tidak jarang, seorang anak manusia
mengambil pandangan dari sudut yang sempit. Bahwa, kegagalan adalah sebuah
ketidakberdayaan. Bahwa, belum tampaknya peluang-peluang berkarya adalah
ketidakadilan. Hingga, jauhnya jodoh buat para lajang merupakan sebuah hukuman.
Cermati dan pelajari. Karena boleh jadi, di
balik kegagalan ada rahasia kesuksesan. Di balik sempitnya peluang, ada ujian
kemampuan. Di balik lajang yang berkepanjangan, ada pendidikan kemandirian. Dan
di balik kertas polos, ada peluang warna-warni keindahan goresan kehidupan.
Source : (muhammadnuh@eramuslim.com)
http://eramuslim.com/hikmah/tafakur/polos.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar