Hati-Hati.... Cemburu Buta
adalah Bumbu Cinta yang Memacu KeKacauan Hubungan Anda dengan Pasangan
Anda !!
Oleh: Lianny
Hendranata
Pada
saat memasuki abad ke-21, para ilmuwan sepakat menyimpulkan penelitiannya,
bahwa hubungan dua orang dalam mendifinisikan cinta adalah: Campuran dari ‘Psikologi,
Biologi dan Kimia’. Seseorang yang sudah mengalaminya, bisa berpendapat
bahwa: Perasaan cinta (rasa sayang terhadap seseorang) tidak mengenal bangsa,
budaya, maupun usia, bahkan tidak mengenal situasi dan kondisi dari manusia
mana pun di dunia ini. Di mana penghayatan hubungan itu terisi dengan kemauan,
harapan, dan tuntutan, serta dibumbui oleh fantasi, imajinasi, dan visualisasi.
Dan, yang paling membuat hubungan menjadi panas serta menimbulkan keretakan
adalah bumbu cinta yang bernama cemburu!
Rasa
cinta (sayang)—selain berisi harapan untuk selalu dekat dengan segala hal yang
diinginkan—juga memiliki pemahaman bahwa, orang yang dicintai itu ‘milikku’.
Dikarenakan pemahaman ini, menyebabkan seseorang mengalami apa yang dinamai
‘cinta egois’, cinta yang mengekang pasangannya dalam banyak bentuk. Ini
terjadi karena rasa takut kehilangan orang yang dicintai.
Jika
hubungan berdasarkan hal ketakutan, bisa dipastikan lambat atau cepat, pasangan
menjadi menjauh dan berusaha ‘damai’ hanya untuk membuat ketenteraman. Tetapi
sebaliknya, perasaan cinta malah menjadi mencair. Ibarat gunung es, jika
terlalu dipegang dan dibakar cemburu Buta, maka yang terjadi bukan lebih
mencintai, tetapi cinta menjadi hilang. Karena, pasangan merasa tidak dihargai,
lebih tepat tidak dipercayai. Padahal, seseorang akan lebih bereaksi positif
jika dipercayai. Jangankan pasangan kita, anak-anak pun lebih respek jika
diberi kepercayaan.
Seseorang
yang terjebak dalam hal mencintai dengan perasaan takut kehilangan, biasanya
banyak dibakar oleh api cemburu. Dan, dengan bercanda orang mengatakan, bahwa
cemburu adalah bumbunya saling mencintai. Bahkan, banyak pendapat yang
mengatakan bahwa ‘Cemburu ada, karena cinta yang dalam’ memang betul, perasaan
cemburu adalah ekspresi adanya cinta, tetapi itu bukan cinta terhadap pasangan
kita, tetapi lebih dimaksud cinta kepada diri kita sendiri, yaitu takut
kehilangan orang yang dicintai.
Maka,
banyak macam eksepresi cemburu yang dikeluarkan, contoh: tidak memercayai apa
yang dilakukan pasangan di luar keterlibatan kita. Menjadikan kita paranoia
dengan berpikir selalu
negatif terhadap kelakuan pasangan kita. Rasa percaya diri meluntur, maka banyak
ulah menjadi ‘show-of’ terlalu menonjolkan diri yang tidak pada
tempatnya, dan membuat perbandingan dengan orang lain, seolah memperlihatkan
bahwa kita paling pantas untuk dicintai.
Hubungan
yang berdasarkan rasa memiliki ini, selalu sadar atau tidak sadar ketakutan
pasangannya hilang (direbut/beralih kepada orang lain). Ini semua membuat
kualitas hidup menjadi negatif, pola pikir dan cara berinteraksi yang buruk,
sampai timbul sikap memojokkan pasangan. Terkadang, begitu SANGAT parahnya
sikap curiga kepada pasangan, mulai dari diam-diam memeriksa dompet, HP saat
pasangan sedang mandi, sampai mengecek tagihan kartu kredit, ATM, menyelidiki
via orang kantornya untuk mendapat jadwal kegiatan bisnis, serta bersedia
mencuci (membersihkan) mobil sang suami, hanya karena sekedar ingin menemukan
apa yang bisa jadi bukti kecurigaan. Maka, terjadilah permainan “Tom &
Jerry” di antara pasangan. Hal ini benar-benar Sudah Gila & keterlaluan
bukan...??!!! Bayangkan jika anda yang diperlakukan sebaliknya?????????????????
Menjadi
pasangan suami istri berdasarkan ketakutan ditinggalkan, takut pasangan
beralih mencintai orang lain, sesungguhnya hal itu hanya akan membuat kita
lelah dan depresi sendiri. Hal ini menjadikan situasi rumah tangga menjadi
tidak enak, sebab ke mana saja pasangannya pergi selalu timbul rasa takut
kehilangan dia. Sampai-sampai banyak istri di Indonesia, memegang uang / harta /
aset suaminya 100 persen, dan keuangan suaminya dijatah seperti anaknya yang
masih SD. Kalau minta uang lebih ditanya untuk apa dan mengapa? sekali
lagi...... Bayangkan Jika Anda yang diperlakukan sebaliknya????
Istri
model begini berpikir, kalau suami tidak punya uang, maka tidak akan bisa
berbuat apa-apa, (padahal ini pemikiran yang paling lugu dari seorang perempuan).
Survei membuktkan, para suami yang diperlakukan demikian, di luar rumah
menjadi teramat Buas & bahkan sangat LIAR !!!! seolah
secara psikologis dia mau memperlihatkan, “Saya ini laki-laki yang bisa
berbuat apa saja!” Tetapi, di depan istrinya ia mengalah, karena ia tidak
mau ribut, apalagi cerai (formalitas status dipertahankan) atau demi
anak-anaknya ia 'Terpaksa' bertahan walau hatinya kadang ingin M E
N J E R I T.....!!! bahkan konon tidak menutup kemungkinan justru hal
inilah yang memicu trend Poligami Terselubung di zaman modern ini. Nah
jika benar-benar sudah sampai separah itu.... Bayangkan Siapa yang
dirugikan..... bukankah Anda sendiri???
Banyak
sifat/karakter orang, banyak pasangan yang begitu menjadi istri atau suami,
menjadi orang yang seolah menjadi pemilik dari diri pasangannya. Maka, rumah
tangga yang dibangun berdasarkan sifat pasangan seperti ini menjadikan
pasangannya bukan menghargai dan kasih sayang tumbuh semakin subur, tetapi jadi
hanya sekedar takut saja di depannya, sementara di belakangnya seperti kuda
lepas dari kandang. Maka, pikir baik-baik sebelum “kasih leher” untuk diikat
dengan tali perkawinan.
Hidup
berpasangan yang terikat pernikahan, sudah selayaknya didasari cinta. Cinta di
sini merupakan kepercayaan dan kesetiaan, di mana hal ini tidak diminta,
tetapi kesadaran individu lebih melestarikan adanya cinta jenis ini. Jadi,
cinta di sini bukan berarti orang harus selalu turut "apa maunya
kita". Tetapi, cinta dan rasa sayang yang dibangun dari sikap percaya dan
menghargai masa lalu masing-masing pihak, akan terasa hangat dan abadi
sepanjang masa.
Berhati-hatilah......
Egosentris kita banyak pegang peranan dalam hal hubungan. Jadi, pasangan
dilihat sebagai hak milik. Dia harus memenuhi keinginan dan gambaran kita,
berperilaku seperti kemauan kita dan kalau bisa cinta kita terus. Ini berarti
hidup terus-menerus dari
(dengan cara amat halus) agresi kehendak – sikap dan ego yang dibuat.
Egoisme ini jadi memberi selalu jarak dan tanpa respek pada pasangan.
Untuk
hidup dengan rasa memiliki pada umumnya terjadi efek tak dapat memberi napas
(baca: ketenangan) kepada yang lain. Maka, secara tidak disadari akan
membuahkan teror (perkosaan jiwa) menimbulkan rasa tidak ada kebebasan kepada
yang lain, tetapi sekaligus mendapat perasaan keamanan supaya tidak di
tinggalkan, walaupun terkadang hanya sebatas fantasi, atau kenyataan semu saja!
Salam
bahagia untuk semua pasangan di dunia ini......[lh]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar