Seorang
ibu yang mengaku bernama Dessy datang menghampiri saya usai sebuah pertemuan.
“Boleh berbicara sebentar, Pak?!” tanyanya. “Silakan bu…!” jawab saya. Saat itu
saya baru saja berbicara di hadapan sekelompok kaum ibu mengenai kebesaran
Allah Swt dan bagaimana ALLAH Swt menjawab setiap doa hambaNya. Acara sudah usai dan saya tengah
istirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah.
Bu
Dessy menyampaikan pengalamannya saat saya masih terus mengunyah. Begitu
antusias ia menuturkan hingga saya pun mulai pasang telinga. Ia mengabarkan
bahwa ia bersyukur memiliki seorang suami yang amat shalih. Keshalihan suami
itulah yang membuat Dessy mengambil keputusan menikah dengannya, meskipun
awalnya Dessy adalah seorang non-muslimah. Setelah beberapa tahun menikah dan
dikaruniai dua orang anak, Dessy mendapati bahwa ia merasa tidak cocok dengan
agama Islam, bahkan belakangan ia
kembali kepada agama semula.
“Saya
terus mencoba untuk membuat anak-anak ikut ke agama saya namun rupanya mereka
lebih sayang kepada ayah mereka…” tutur Dessy. Ia melanjutkan bahkan saking
kuatnya pengaruh ketaatan beragama suaminya, anak-anak tumbuh menjadi keturunan
yang shalih dan kuat berakidah. Hingga Dessy menuturkan pengalaman dialognya
dengan seorang anaknya yang berumur 4 tahun saat itu dan membuat jalan hidup
Dessy kembali berubah.
“Kami
saat itu sedang asyik bermain ayunan di taman…. Kami tertawa riang dan
bercanda….. Saat kami kelelahan bermain dan beristirahat sambil duduk di taman
aku berkata kepada anakku,
‘Nak…,
enak sekali ya bermain di taman seperti ini!’ Sang anak pun menjawab,
‘Ya
Ma, asyik sekali… Tapi sayang ya kita cuma bisa bermain bersama di sini, tidak
di surga.’jawab sang anak.”
“Memangnya
mengapa kita tidak bisa main seperti ini di surga nanti?!” tanya Dessy
keheranan. Anaknya yang tersayang itu menjawab, “Kita kan semua muslim,
sementara mama bukan hamba Allah yang muslimah. Sedang surga hanya Allah
berikan kepada hamba yang taat kepadaNya….”
DEGGG….!
Hati Dessy tersentak. Ia tidak menyangka bahwa anaknya mampu berpikir
sedemikian jauh. Hati Dessy menjadi galau. Matanya kini berkaca-kaca
membayangkan bahwa ia tidak bisa berjumpa lagi dengan anaknya di surga nanti.
Namun sejurus kemudian ia malah berpikiran buruk terhadap suaminya.
“Ini
pasti ulah suamiku!” batin Dessy. Ia menyangka bahwa suaminya pasti telah
mendoktrin anaknya sedemikian rupa.
Sore
itu sepulang suaminya dari tempat bekerja Dessy menyerangnya habis-habisan.
Anehnya meski Dessy berteriak-teriak dengan suara melengking, sang suami malah
terlihat begitu tenang dan selalu tersenyum. Begitu Dessy mereda sang suami
memberinya penjelasan dan menyadarkan Dessy untuk kembali ke jalan Allah Swt.
Alhamdulillah hati Dessy meluluh. Hidayah Allah Swt kembali lagi menyapanya.
Dessy berniat untuk kembali menjadi muslimah dengan satu syarat bahwa sang
suami harus mencarikan seorang guru yang tepat untuk Dessy agar ia yakin dan
mantap memeluk agama Islam.
Suami
Dessy menerima syarat itu lalu ia mengajak Dessy untuk melakukan shalat Isya
berjamaah. Maka Dessy kembali menyembah Allah Swt setelah sekian lama ia
meninggalkanNya. Shalat Isya di malam itu begitu sejuk terasa dalam batin Dessy
dan suaminya. Sang suami bersyukur kepada Allah Swt sambil menitikkan air mata
bahagia, sedang Dessy menengadahkan wajah dan kedua tangannya sambil
memanjatkan doa dengan suara yang terpendam dalam dada. Dessy sampaikan kepada
Allah, Tuhannya :
“Ya
Allah…., hingga kini aku belum merasakan keagungan dan kehebatanMu…
Andai
betul Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Kuasa…, mohon kiranya Engkau membuat
rumah ini laku terjual!”
Demikianlah
doa yang dipanjatkan Dessy malam itu kepada Tuhannya. Sebuah doa dari hamba
yang lemah yang ingin menguji kekuasaan dan keperkasaan Allah Swt.
Saya
terperanjat mendengar tutur doa yang pernah Dessy panjatkan. Saya bertanya
kepada Dessy apakah rumah itu kemudian laku terjual? Maka Dessy pun melanjutkan
kisahnya………
Sudah
7 bulan yang lalu rumah yang ia diami saat itu pernah diiklankan untuk dijual.
Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan lebih dari itu Dessy dan suaminya
memasarkan rumah mereka di berbagai media. Namun sayang tidak ada satu pun
respon positif dari iklan yang dipasang. “Jangankan melihat lokasi, telefon
masuk pun yang menanyakan rumah tidak ada” jelas Dessy singkat.
“Kami
pun menyadari bahwa memang rumah kami sulit untuk dijual. Sebab lokasi rumah
itu di lingkungan warga keturunan yang masih begitu percaya hoki dan feng shui.
Ditambah lagi bentuk tanah rumah kami miring. Apalagi nomor rumah kami adalah 4
(empat) yang berarti mati dan membawa sial. Kami sudah putus asa menjual rumah
itu, hingga kami berhenti beriklan” jelas Dessy.
Saat
suami Dessy meyakinkannya untuk kembali memeluk Islam dan bercerita akan
keagungan Allah. Maka Dessy pun ingin menguji kebenaran dari kuasa Allah Swt
itu. Sebab itu Dessy berdoa dengan redaksi di atas. Sebuah doa yang menantang
kekuasaan Allah Ta’ala.
“Terus
bagaimana kelanjutan kisahnya, bu….?” tanya saya tak sabar. Maka Dessy pun
melanjutkan kisahnya:
Seperti
rutinitas harian yang Dessy kerjakan maka pagi itu ia berangkat ke toko
miliknya. Sepanjang hari Dessy menanti ijabah dari Allah Swt atas doa yang ia
panjatkan. Namun hingga sore hari masih belum ada pertanda akan datangnya
ijabah doa itu.
Ba’da
Ashar suami Dessy datang menjemput. Saat baru saja tiba Dessy langsung bertanya
penuh harap kepadanya, “Apakah ada orang yang datang menanyakan rumah, Pa?!”
Sang suami malah balik bertanya, “Memangnya apakah kamu pasang iklan kemarin?!”
Dessy menjawab, “Tidak!” “Ngawur kamu, Ma…. Masak tidak pasang iklan terus
berharap ada orang yang datang menanyakan rumah!!!” Dessy tidak membalas kalimat terakhir dari mulut
suaminya, namun ia membatin, “Ya Allah, rupanya Engkau tidak berkuasa seperti
yang aku harapkan!”
Tak
lama setelah itu Dessy dan suaminya kembali pulang ke rumah. Saat itu kira-kira
pukul setengah lima sore. Dessy dan suaminya baru tiba di rumah. Mereka tengah
berada di kamar dan baru saja berganti pakaian. Mereka saling bertukar cerita
dan pengalaman yang mereka lalui hari itu. Dalam perbincangan mereka di kamar
saat itu, tiba-tiba mereka berdua mendengar ada suara seorang perempuan asing
mengucapkan salam di luar rumah. Dessy mengintip lewat jendela. Di sana ada
seorang wanita berjilbab panjang dengan warna muram. Sekilas Dessy menyangka
bahwa perempuan itu pasti datang untuk meminta sumbangan. Dessy keluar dari
kamar dan ia berpesan kepada pembantunya untuk memberi infak bila perempuan di
luar sana meminta sumbangan. Usai berpesan Dessy pun kembali ke dalam kamar.
Pintu
kamar kemudian diketuk oleh sang pembantu dan Dessy pun keluar.
“Bu…,
perempuan di luar tadi katanya datang mau melihat rumah” jelas sang pembantu.
Deggg….!
sontak Dessy terperanjat. Tak percaya akan berita yang didengarnya, maka Dessy
bergegas untuk membukakan pintu bagi tamunya.
“Wajah
tamu itu begitu sumringah….” papar Dessy.
“Setiap kali ditunjukkan sebuah bagian ruang dari rumah kami, ia selalu
bertasbih menyebut nama Allah dan kegirangan” imbuhnya lagi. Ia menyatakan
tertarik dengan rumah Dessy dan menanyakan berapa harga yang diminta. Di luar
dugaan Dessy sang tamu tidak hanya setuju dengan harga yang disebutkan, bahkan
wanita itu mengajaknya untuk pergi ke notaris keesokan paginya untuk transaksi
jual-beli rumah. SUBHANALLAH….!
Dessy
kegirangan sore itu dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah untuk
menyampaikan rasa syukurnya atas ijabah doa yang Allah Swt berikan. Esok
paginya ia datang ke notaris bersama suami dan ibu calon pembeli rumah. Akte
jual-beli rumah sudah diselesaikan dan proses akad tersebut begitu mudah dan
cepat. Wajah Dessy begitu sumringah, dan dalam obrolan di kantor notaris itu
Dessy sempat bertanya kepada ibu yang membeli rumahnya, “Bu…, apa yang membuat
ibu tertarik dengan rumah kami dan darimana ibu mencari infonya?”
Sang
ibu pembeli rumah menjawab, “Saya memang sudah lama mencari rumah di daerah
Kelapa Gading, Jakarta. Namun belum ketemu jodohnya barangkali. 2 malam yang
lalu sehabis shalat Isya saya merasa kegerahan di dalam rumah. Sambil ngobrol
dengan suami di teras rumah, maka saya ambil setumpuk koran lama di meja yang
ada di teras untuk kipasan. Lagi asyik ngobrol eh… tiba-tiba saya melihat ada
sebuah iklan baris yang menjual rumah di daerah Kelapa Gading. Melihat ukuran
rumah dan harganya kok sepertinya cocok betul dengan rumah yang saya cari. Maka
keesokan harinya saya baru datang ke rumah bapak-ibu.”
Mendapati
penjelasan sang ibu pembeli, Dessy menjadi terkesima dan melongo. Ia seolah tak
percaya akan apa yang didengarnya. Sekali lagi Dessy menegaskan, “Dua malam
yang lalu ibu membaca iklan baris itu?! Koran itu terbitan tanggal berapa dan
pukul berapa ibu berada di teras rumah sambil kipas-kipasan?!”
“Gak
tahu ya bu tanggal berapa koran tersebut tapi rasanya mungkin 7 bulan lalu itu
koran. Sementara kalau waktu saya ngobrol dengan suami di beranda rumah saat
itu mungkin kira-kira pukul 7 malam mungkin ya…” jawab sang ibu pembeli ringan.
“ALLAHU
AKBAR….!” Dessy memekik. Ia terdiam sejenak dan tak sanggup berkata apa-apa.
Beberapa bulir air mata kini menitik di pipinya. Sang suami dan ibu pembeli
rumah bertanya apa gerangan yang terjadi. Lama Dessy terdiam. Tak sanggup ia
mengangkat wajah. Setelah agak tenang Dessy menjelaskan bahwa 2 malam yang lalu
ia shalat Isya bersama suami setelah sekian lama ia murtaddah. Ia ceritakan
kepada semua yang hadir di ruangan notaris itu bahwa malam itu ia berdoa dengan
redaksi menantang kekuasaan Allah Swt. Sungguh diluar jangkauan pikiran Dessy
bahwa kalimat-kalimat doa itu rupanya naik menghadap Allah Swt, dan pada saat
yang sama Allah Swt menjawab doanya dengan memberikan pantulan sinar pada
tumpukan koran lama yang ada di beranda rumah ibu pembeli. Ibu pembeli rumah
lalu merasa kegerahan dan Allah Swt menggerakkan tangannya untuk mengambil
koran lama untuk dibuat kipas. Maka iklan rumah yang berbulan-bulan itu
akhirnya menemui calon pembelinya. SUBHANALLAH!
Dalam
ruangan notaris itu Dessy berikrar bahwa kini ia tidak ragu lagi terhadap Allah
Swt Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, keagungan Allah Swt amat menakjubkan. Apakah
Anda merasakannya?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar