Tak butuh musibah untuk bersedih. Kesedihan itu seperi tamu, datang dan perginya, bukan tuan rumah sebagai penentu.
Seperti itu pula perasaanku malam itu, kesedihan tiba-tiba amat mengganggu.
Seluruhnya sebetulnya baik-baik saja. Dan jika pun hidup ini penuh masalah, toh
hari-hariku yang kemarin juga tidak sepi masalah. Lagi pula hidup yang mana
yang tidak bermasalah. Tetapi kenapa malam itu, hariku terasa buruk sekali.
Tumpukan masalah seperti sambung-menyambung menjadi satu.
Seingatku, penyulut
masalah ini cuma sekadar ingatan pada satu urusan. Urusan lama, tapi belum
rampung-rampung juga. Kukira itulah yang kemudian merusak perasaan
berikutnya. Karena penyulut yang satu yang lain ikut kebakaran. Dari satu
wajah urusan kemudian muncul lagi wajah temanku. Teman lama, yang amat
kupercaya. Kepadanya memang kumandatkan sejumlah kepercayaan. Tahun pertama
tertip, tahun kedua baik, tahun ketiga alpa, tahun keempat dan seterusnya sudah
tak tahu ke mana. Bukan watakku untuk bertelepon jika ia lupa, menegur
jika alpa dan mengejar jika kabur. Bagiku, sekali kepercayaan, ia harus dijaga tanpa
aku repot-repot menjaganya.
Watak seperti ini
ternyata merepotkanku, karena semua ini ternyata bukan gambaran dari
keikhlasanku. Aku diam tapi kemarahan tetap membakar ubun-ubunku. Inilah
repotnya menjadi orang berniat baik yang belum benar-benar baik. Aku
sesungguhnya baru sampai pada tahapan rela jika kebaikanku dibalas dengan
kebaikan serupa. Jika khianat adalah balasannya, kerelaan itu
ternyata berubah jadi kemarahanku. Kebaikan yang penuh syarat itulah ternyata
kelasku saat ini. Diam-diam aku masgul bahwa kekuatanku baru sebatas itu.
Lenyap wajah yang satu,
muncul wajah berikutnya, yang ini wajah yang lain lagi: partner usaha yang dulu
datang dengan wajah meyakinkan tapi lalu kabur juga dengan cara meyakinkan.
Sakit sekali hatiku ini. ‘'Kesalahan yang sama terulang lagi,'' kata
istri. Selama ini aku membiarkannya padahal tak sulit menelponnya, atau malah
langsung melaporkannya ke polisi. Lenyap wajah yang ini, muncul wajah lainnya
lagi, wajah yang sebetulnya amat baik, tetapi kenapa untuk urusan yang terakhir
ini, ia gagal bersikap seperti wataknya yang biasa. Ternyata orang yang
kusangka bermutu pun pelan-pelan bisa kurang bermutu dan menjadi tidak bermutu
sama sekali. Celakanya, orang ini menjadi tidak bermutu tepat di saat yang
keliru, yakni ketika aku merasa seluruh orang-orang itu sedang mengecewakanku.
Semakin malam, semakin
aku diperam oleh kemarahan. Ingin aku melabrak semua orang ini malam itu juga.
Menelpon semuanya, mengancamnya kalau perlu, atau setidalnya sekadar
memaki-makinya sebagai pelampias kemarahanku! Aku merasa nasibku sedang malang
sekali karena seluruh orang yang kupercaya rasanya cuma mengkhianati. Bukan
cuma kelakuan mereka yang menyakitkan hatiku, tetapi kelemahanku sendiri dalam
membiarkan semua ini terjadi, jauh lebih menyiksaku. Maka sebagai pelajaran
untuk diriku sendiri, saat itu, juga, tak peduli malam telah pukul berapa, aku
bersiap angkat telpon dan melabrak mereka semua.
Tetapi saat nomor
pertama hendak kupencet, entah kenapa aku berubah pendirian. ‘'Kenapa aku tak
pergi tidur saja,'' kataku pada diri sendiri. Aku pun tidur dan berjanji akan
melakukan kemarahan itu esok hari saja. ‘'Marah pun butuh stamina. Besok pasti
lebih bertenaga,'' kataku dalam hati. Eh tak kusangka, aku tidur mudah
sekali. Dan esok pagi, aku bangun segar sekali. Ringan sekali tubuh dan
pikiranku. Dan wajah-wajah semalam yang amat kubenci dan ingin kulumat itu,
muncul lagi. Anehnya, tidak lagi kubayangkan sebagai para biang
kerok dan ahli khianat, tetapi kembali ke wajah-wajah teman-teman lamaku yang
dulu. Teman yang di hari-hari ini bisa jadi sedang kesulitan dan sama
sekali tak ada maksud untuk menyulitkanku. Maka alih-alih memakinya, pagi itu
malah muncul ibaku dan kubayangkan wajah mereka sebagai pihak yang sedang
sengsara.
Ternyata jumlah
persoalan di dunia ini tetap belaka. Yang sering berbeda adalah kekuatan
kita kepadanya. Maka jika engkau tengah merasa lelah, letakkanlah. Ambillah
cuma jika engkau mulai merasa kuat. Karena jika engkau sedang kuat
apalagi gembira, persoalan yang sama bisa terlihat dari sudutnya yang
berbeda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar