Rabu, 18 Mei 2011

158. Kisah di Musim Dingin

Ini sebuah kisah nyata. Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil, berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua.

Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lainnya.Suatu ketika di musim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena ia akan membeli keranjang kue yang baru.


Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan. Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya.Siu Lan menyusun kue ke dalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi? Mereka harus dapat uang untuk makan.

Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar.

Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang sudah membeku dan sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak.

Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah.Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu lalu membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca: “Hi..hi..hi.. mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi..hi..hi.. mama selamat ulang tahun.”


Teman-teman, belajar dari kisah nyata ini, sering kali kita terlalu cepat menghakimi atau menghukum orang lain tanpa tahu fakta sebenarnya, hanya karena tidak sesuai dengan persepsi atau rencana kita. Berulang kali kita justru lebih sering menyakiti orang-orang yang kita cintai. Ingatlah jangan terlalu cepat menilai seseorang berdasarkan persepsi kita, karena persepsi kita belum tentu benar adanya.Ambillah waktu untuk berpikir. Sebab disitulah letak kekuatan. Ambillah waktu untuk membaca. Sebab disitulah dasar dari sebuah kebijaksanaan. Ambillah waktu untuk berdiam diri. Sebab disitulah kita berkesempatan untuk menemukan Tuhan. Ambillah waktu untuk berdoa. Sebab disitulah kekuatan terbesar di dunia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar