Jumat, 01 Juni 2012

233. Kasih Sayang Ayah


Di sebuah daerah di pinggiran sungai Serayu, sungai yang alirannya dimulai dari Baturraden dan berakhir di daerah Banjarnegara itulah dilahirkan seorang laki - laki yang kelak akan menjadi pahlawan bagi anak - anaknya. Sebagian orang berpendapat “apalah arti sebuah nama”, tetapi bagi seorang muslim pemberian nama dari orang tua kepada anaknya adalah sebuah doa, sebuah pengharapan orang tua kepada anaknya.

Dilahirkan dengan nama Nur, sebuah nama sederhana tapi sarat dengan makna. Nur, sebuah nama yang diadopsi dari bahasa Arab, artinya cahaya. Kedua orang tuanya berharap agar kelak anaknya dapat menjadi cahaya bagi keluarga, agama, dan bangsanya. Ayahnya adalah seorang tentara dengan idelisme tinggi, yang menerapkan kode etik kesatuan bahkan dalam keluarganya. Arti mengasuh dalam kamus sang ayah adalah mejadikan sang anak tangguh, mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sang ayah mendidik Nur tak ubahnya seperti mendidik anak buahnya di korps. Sulit bagi sang ayah untuk memperlihatkan rasa sayang dan perhatian pada anak - anaknya, entah karena malu atau karena tidak terbiasa. Sehingga jangankan pelukan hangat dari sang ayah, senyuman manis pun sangat sulit dilihat oleh Nur. Maka tak jarang Nur kecil sengaja membuat ulah agar ia mendapat sedikit perhatian dari sang Ayah. Hal inilah yang membuat Nur menjaga jarak dengan sang ayah, sekaligus menjadikannya seorang anak yang terbiasa mandiri sejak kecil. Beruntung dia masih memiliki seorang ibu yang penuh perhatian dan kasih sayang. Ibunya adalah pusat gravitasi bagi Nur kecil, tempatnya berkeluh kesah, sekaligus pelabuhan bermanja.

Ketika memasuki usia sekolah, Nur telah memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk anak seusianya. Sepulang sekolah sebelum dia sendiri dapat makan siang, dia diwajibkan untuk mencari rumput untuk hewan peliharaannya yang jumlahnya puluhan. Jarak yang harus ditempuhnya untuk mencari rumput cukup jauh, tapi tugas itu tetap dilaksanakannya walau ayahnya tidak ada. Sedari kecil, dia telah belajar tentang arti sebuah tanggung jawab. Pernah pada saat dia mencari rumput seorang diri, dia bertemu dengan rombongan ular dari yang berukuran kecil hingga yang sebesar lengan orang dewasa. Nur kecil hanya bisa terdiam mematung, beruntung tak satu pun dari ular itu berminat untuk menggigitnya.

Masa kecil Nur merupakan masa kecil yang cukup indah baginya. Berbekal otak yang cukup encer, Nur dapat bersekolah di Sekolah Dasar tanpa membayar sepeserpun. Ibunya sangat bangga pada anak kesayangannya itu, karena dia tidak seperti kakak - kakaknya yang lain. Prestasi sekolah kakak -kakak Nur bisa dibilang cukup memprihatinkan, hal ini disebabkan pergaulan mereka yang salah. Karena kegagalan prestasi kakak - kakaknya lah yang menyebabkan sang ayah menolak untuk membiayai sekolah Nur ketika seharusnya dia masuk ke Sekolah Lanjutan Atas, Tetapi hal ini tak menjadikan semangat Nur untuk bersekolah padam. Tentangan dari sang ayah ia jadikan sebuah tantangan, Nur bersumpah untuk dapat terus bersekolah apapun pengorbanannya.

Dengan diiringi restu sang Ibu, Nur pun bekerja untuk membiayai sekolahnya. Hampir semua jenis pekerjaan pernah dilakoninya, mulai dari penjual sayuran, tukang bangunan, bahkan menerima jahitan. Untuk pekerjaan yang terakhir, Nur mendapat bantuan dari sang Ibu. Sang ibu yang menerima pesanan, mengukur dan membuat pola, tugas Nur adalah menjahit pola yang telah dibuat oleh Ibunya. Semua pekerjaan dia lakukan dengan gembira, Nur seringkali teringat akan nasehat dari Ibunya, bahwa dari semua hal terjadi pasti akan ada hikmah yang dapat dipetik.

Seperti kebanyakan pemuda desa, Nur pun memiliki keinginan untuk mencoba peruntungannya di kota besar. Nur merasa dia dapat lebih mengembangkan diri apabila ia berada di kota besar. Setelah lulus dari Sekolah Lanjutan Atas, Nur pun merantau ke kota. Kota yang menjadi tujuannya adalah kota yang memiliki julukan “Paris Van Java”. Sebuah kota indah yang bersuhu dingin dan penduduknya ramah - ramah. Di kota inilah Nur mencoba peruntungannya dengan melamar di sebuah perusahaan yang menurut buku pelajaran yang pernah dibacanya, merupakan satu - satunya perusahaan pembuat pesawat terbang di Indonesia. Setelah melalui perjuangan yang keras dan doa yang tak pernah henti, Nur pun diterima di perusahaan pembuat pesawat terbang itu. Nur merasa sangat bahagia dan bangga. Bahagia karena akhirnya dia dapat membahagiakan sang Ibu, dan bangga karena dia dapat membuktikan pada ayahnya bahwa dia mampu menjadi lelaki kuat dan mandiri seperti harapan ayahnya.

Nur, selama ini mencintai seorang gadis tetangga desanya. Tetapi rupanya gadis itu ingin menguji seberapa besar rasa cinta Nur kepadanya. Puluhan kali Nur menyatakan rasa cinta, puluhan kali pula sang gadis menolaknya. Leo Tolstoy, seorang pujangga terkenal dari Rusia pernah berkata “Tuhan tahu tapi menunggu” , rupanya kata - kata terkenal itu menjadi sebuah kenyataan. Tuhan tahu besarnya rasa cinta Nur pada pujaanya, tapi Tuhan menunggu saat yang tepat untuk membukakan pintu hati sang gadis agar dapat menerima cinta Nur.

Setelah menikah dan dikaruniai anak, Nur pun menjelma menjadi sosok pahlawan bagi anak - anaknya. Ada perbedaan besar antara kewajiban dengan cita - cita untuk menjadi ayah yang baik. Bila seorang pria merasa bahwa menjadi ayah adalah tugasnya, maka dia akan melaksanakannya sebatas pemenuhan kewajiban saja. Namun bila seorang pria merasa menjadi ayah yang baik adalah cita - citanya maka pasti akan dilaksanakan dengan penuh dedikasi. Nur adalah jenis pria yang kedua, baginya keluarga adalah sarana perwujudan cita - cita, maka dia berusaha mencurahkan semua kasih sayangnya. Nur tak mau anak - anaknya bernasib sama seperti dirinya, yang haus akan kasih sayang ayah.

Anak pertamanya lahir premature, bayi kecil itu harus mendapatkan perawatan khusus yang membutuhkan biaya yang banyak. Untuk memenuhi biaya perawatan anak pertamanya, selain pekerjaan tetapnya, Nur pun menerima pesanan pembuatan furniture di rumahnya. Bila tidak ada pesanan, maka tanpa perasaan malu dia menenteng gitarnya untuk mengamen di dalam kereta api. Betapa besar pengorbanan seorang ayah kepada anaknya. Pepatah mengatakan bahwa “sesudah kesulitan pasti ada kemudahan” atau “habis gelap terbitlah terang”, setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya kondisi perekonomian keluarga kecil Nur berangsur membaik. Tak lama anak keduanya pun lahir, memberikan kebahagiaan baru dalam keluarga.

Dalam masa pertumbuhan kedua anaknya, Nur selalu memberikan kesan bagi keduanya. Nur bagi mereka adalah sosok yang mengajari mereka banyak hal , mulai dari bersepeda, mengaji, memainkan alat musik, dan hal baik lainnya. Ayahnya adalah seseorang yang mencium pipi mereka ketika pagi hari, menjulang mereka di atas pundak walaupun kelelahan sepulang kerja, dan mendongengkan sebuah cerita pengantar tidur. Nur bukanlah tipe ayah yang mengajar dengan kata - katanya apalagi dengan hukuman, tetapi ia mengajarkan hal - hal baik dengan memberikan contoh. Dia berpendapat, jika seorang anak diajarkan kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang menyebarkan cinta kepada sesama. Tak pernah sekalipun anak - anaknya mendengar sang ayah berkata kasar atau membentak Ibu mereka, dalam hal ini dia mengajarkan kepada anak lelakinya agar menghargai seorang wanita, dan memberikan standar yang tinggi pada anak perempuannya ketika sang anak akan mencari suami kelak.

Ketika anak - anaknya memasuki usia sekolah, peran Nur semakin kentara. Nur dibantu istrinya menemani anak - anaknya belajar, membantu pekerjaan rumahnya. Pernah suatu ketika, anak pertamanya mendapat prakarya yang sulit dilakukan, sang anak jatuh tertidur kelelahan. Maka tanpa sepengetahuan anaknya, Nur meneruskan pekerjaan anaknya walaupun hingga tengah malam. Keesokan harinya sang anak pun terkejut, karena prakaryanya telah selesai dikerjakan. Ketika anak laki - lakinya menginginkan sebuah sepatu bola, maka diam - diam ia menjual gitar kesayangannya. Apapun dilakukannya untuk membuat anak - anaknya tersenyum.

Kisah - kisah kepahlawanan Nur bagi anak - anaknya tak pernah berhenti hingga kini, mungkin hingga hanya ajal yang akan menghentikan semua pengorbananya. Andaikata semua ayah didunia ini sepertinya, mungkin tak akan kita lihat kisah - kisah pilu dan mengerikan di kotak persegi ajaib tentang ayah yang menyiksa anaknya, anak yang membunuh kedua orang tuanya. Karena pada dasarnya semua anak yang dilahirkan di dunia ini adalah suci, yang membentuknya menjadi hitam, putih dan abu - abu adalah kedua orang tua dan lingkungannya. Terimakasih untuk semua ayah di dunia atas segala pengorbanan yang tak pernah berhenti untuk kami anak - anaknya.

1 komentar:

Pak Onny mengatakan...

Orang Tua, baik ayah maupun ibu mempunyai kasih sayang yang tak terbatas dan tak ternilai harganya.
I Love My Parent

Posting Komentar