Di sebuah daerah di pinggiran sungai
Serayu, sungai yang alirannya dimulai dari Baturraden dan berakhir di daerah
Banjarnegara itulah dilahirkan seorang laki - laki yang kelak akan menjadi
pahlawan bagi anak - anaknya. Sebagian orang berpendapat “apalah arti sebuah
nama”, tetapi bagi seorang muslim pemberian nama dari orang tua kepada anaknya
adalah sebuah doa, sebuah pengharapan orang tua kepada anaknya.
Dilahirkan dengan nama Nur, sebuah nama
sederhana tapi sarat dengan makna. Nur, sebuah nama yang diadopsi dari bahasa
Arab, artinya cahaya. Kedua orang tuanya berharap agar kelak anaknya dapat
menjadi cahaya bagi keluarga, agama, dan bangsanya. Ayahnya adalah seorang
tentara dengan idelisme tinggi, yang menerapkan kode etik kesatuan bahkan dalam
keluarganya. Arti mengasuh dalam kamus sang ayah adalah mejadikan sang anak
tangguh, mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sang ayah mendidik Nur
tak ubahnya seperti mendidik anak buahnya di korps. Sulit bagi sang ayah untuk
memperlihatkan rasa sayang dan perhatian pada anak - anaknya, entah karena malu
atau karena tidak terbiasa. Sehingga jangankan pelukan hangat dari sang ayah,
senyuman manis pun sangat sulit dilihat oleh Nur. Maka tak jarang Nur kecil
sengaja membuat ulah agar ia mendapat sedikit perhatian dari sang Ayah. Hal
inilah yang membuat Nur menjaga jarak dengan sang ayah, sekaligus menjadikannya
seorang anak yang terbiasa mandiri sejak kecil. Beruntung dia masih memiliki
seorang ibu yang penuh perhatian dan kasih sayang. Ibunya adalah pusat
gravitasi bagi Nur kecil, tempatnya berkeluh kesah, sekaligus pelabuhan
bermanja.
Ketika memasuki usia sekolah, Nur telah
memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk anak seusianya. Sepulang sekolah
sebelum dia sendiri dapat makan siang, dia diwajibkan untuk mencari rumput
untuk hewan peliharaannya yang jumlahnya puluhan. Jarak yang harus ditempuhnya
untuk mencari rumput cukup jauh, tapi tugas itu tetap dilaksanakannya walau
ayahnya tidak ada. Sedari kecil, dia telah belajar tentang arti sebuah tanggung
jawab. Pernah pada saat dia mencari rumput seorang diri, dia bertemu dengan
rombongan ular dari yang berukuran kecil hingga yang sebesar lengan orang
dewasa. Nur kecil hanya bisa terdiam mematung, beruntung tak satu pun dari ular
itu berminat untuk menggigitnya.
Masa kecil Nur merupakan masa kecil yang
cukup indah baginya. Berbekal otak yang cukup encer, Nur dapat bersekolah di
Sekolah Dasar tanpa membayar sepeserpun. Ibunya sangat bangga pada anak
kesayangannya itu, karena dia tidak seperti kakak - kakaknya yang lain.
Prestasi sekolah kakak -kakak Nur bisa dibilang cukup memprihatinkan, hal ini
disebabkan pergaulan mereka yang salah. Karena kegagalan prestasi kakak -
kakaknya lah yang menyebabkan sang ayah menolak untuk membiayai sekolah Nur
ketika seharusnya dia masuk ke Sekolah Lanjutan Atas, Tetapi hal ini tak
menjadikan semangat Nur untuk bersekolah padam. Tentangan dari sang ayah ia
jadikan sebuah tantangan, Nur bersumpah untuk dapat terus bersekolah apapun
pengorbanannya.
Dengan diiringi restu sang Ibu, Nur pun
bekerja untuk membiayai sekolahnya. Hampir semua jenis pekerjaan pernah
dilakoninya, mulai dari penjual sayuran, tukang bangunan, bahkan menerima
jahitan. Untuk pekerjaan yang terakhir, Nur mendapat bantuan dari sang Ibu.
Sang ibu yang menerima pesanan, mengukur dan membuat pola, tugas Nur adalah
menjahit pola yang telah dibuat oleh Ibunya. Semua pekerjaan dia lakukan dengan
gembira, Nur seringkali teringat akan nasehat dari Ibunya, bahwa dari semua hal
terjadi pasti akan ada hikmah yang dapat dipetik.
Seperti kebanyakan pemuda desa, Nur pun
memiliki keinginan untuk mencoba peruntungannya di kota besar. Nur merasa dia
dapat lebih mengembangkan diri apabila ia berada di kota besar. Setelah lulus
dari Sekolah Lanjutan Atas, Nur pun merantau ke kota. Kota yang menjadi
tujuannya adalah kota yang memiliki julukan “Paris Van Java”. Sebuah kota indah
yang bersuhu dingin dan penduduknya ramah - ramah. Di kota inilah Nur mencoba
peruntungannya dengan melamar di sebuah perusahaan yang menurut buku pelajaran
yang pernah dibacanya, merupakan satu - satunya perusahaan pembuat pesawat
terbang di Indonesia. Setelah melalui perjuangan yang keras dan doa yang tak
pernah henti, Nur pun diterima di perusahaan pembuat pesawat terbang itu. Nur
merasa sangat bahagia dan bangga. Bahagia karena akhirnya dia dapat
membahagiakan sang Ibu, dan bangga karena dia dapat membuktikan pada ayahnya
bahwa dia mampu menjadi lelaki kuat dan mandiri seperti harapan ayahnya.
Nur, selama ini mencintai seorang gadis
tetangga desanya. Tetapi rupanya gadis itu ingin menguji seberapa besar rasa
cinta Nur kepadanya. Puluhan kali Nur menyatakan rasa cinta, puluhan kali pula
sang gadis menolaknya. Leo Tolstoy, seorang pujangga terkenal dari Rusia pernah
berkata “Tuhan tahu tapi menunggu” , rupanya kata - kata terkenal itu menjadi
sebuah kenyataan. Tuhan tahu besarnya rasa cinta Nur pada pujaanya, tapi Tuhan
menunggu saat yang tepat untuk membukakan pintu hati sang gadis agar dapat
menerima cinta Nur.
Setelah menikah dan dikaruniai anak, Nur
pun menjelma menjadi sosok pahlawan bagi anak - anaknya. Ada perbedaan besar
antara kewajiban dengan cita - cita untuk menjadi ayah yang baik. Bila seorang
pria merasa bahwa menjadi ayah adalah tugasnya, maka dia akan melaksanakannya
sebatas pemenuhan kewajiban saja. Namun bila seorang pria merasa menjadi ayah
yang baik adalah cita - citanya maka pasti akan dilaksanakan dengan penuh
dedikasi. Nur adalah jenis pria yang kedua, baginya keluarga adalah sarana
perwujudan cita - cita, maka dia berusaha mencurahkan semua kasih sayangnya.
Nur tak mau anak - anaknya bernasib sama seperti dirinya, yang haus akan kasih
sayang ayah.
Anak pertamanya lahir premature, bayi kecil
itu harus mendapatkan perawatan khusus yang membutuhkan biaya yang banyak.
Untuk memenuhi biaya perawatan anak pertamanya, selain pekerjaan tetapnya, Nur
pun menerima pesanan pembuatan furniture di rumahnya. Bila tidak ada pesanan,
maka tanpa perasaan malu dia menenteng gitarnya untuk mengamen di dalam kereta
api. Betapa besar pengorbanan seorang ayah kepada anaknya. Pepatah mengatakan
bahwa “sesudah kesulitan pasti ada kemudahan” atau “habis gelap terbitlah
terang”, setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya kondisi perekonomian
keluarga kecil Nur berangsur membaik. Tak lama anak keduanya pun lahir,
memberikan kebahagiaan baru dalam keluarga.
Dalam masa pertumbuhan kedua anaknya, Nur
selalu memberikan kesan bagi keduanya. Nur bagi mereka adalah sosok yang
mengajari mereka banyak hal , mulai dari bersepeda, mengaji, memainkan alat
musik, dan hal baik lainnya. Ayahnya adalah seseorang yang mencium pipi mereka
ketika pagi hari, menjulang mereka di atas pundak walaupun kelelahan sepulang
kerja, dan mendongengkan sebuah cerita pengantar tidur. Nur bukanlah tipe ayah
yang mengajar dengan kata - katanya apalagi dengan hukuman, tetapi ia
mengajarkan hal - hal baik dengan memberikan contoh. Dia berpendapat, jika
seorang anak diajarkan kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan tumbuh
menjadi anak yang menyebarkan cinta kepada sesama. Tak pernah sekalipun anak -
anaknya mendengar sang ayah berkata kasar atau membentak Ibu mereka, dalam hal
ini dia mengajarkan kepada anak lelakinya agar menghargai seorang wanita, dan
memberikan standar yang tinggi pada anak perempuannya ketika sang anak akan
mencari suami kelak.
Ketika anak - anaknya memasuki usia
sekolah, peran Nur semakin kentara. Nur dibantu istrinya menemani anak -
anaknya belajar, membantu pekerjaan rumahnya. Pernah suatu ketika, anak
pertamanya mendapat prakarya yang sulit dilakukan, sang anak jatuh tertidur
kelelahan. Maka tanpa sepengetahuan anaknya, Nur meneruskan pekerjaan anaknya
walaupun hingga tengah malam. Keesokan harinya sang anak pun terkejut, karena
prakaryanya telah selesai dikerjakan. Ketika anak laki - lakinya menginginkan
sebuah sepatu bola, maka diam - diam ia menjual gitar kesayangannya. Apapun
dilakukannya untuk membuat anak - anaknya tersenyum.
Kisah - kisah kepahlawanan Nur bagi anak -
anaknya tak pernah berhenti hingga kini, mungkin hingga hanya ajal yang akan
menghentikan semua pengorbananya. Andaikata semua ayah didunia ini sepertinya,
mungkin tak akan kita lihat kisah - kisah pilu dan mengerikan di kotak persegi
ajaib tentang ayah yang menyiksa anaknya, anak yang membunuh kedua orang
tuanya. Karena pada dasarnya semua anak yang dilahirkan di dunia ini adalah
suci, yang membentuknya menjadi hitam, putih dan abu - abu adalah kedua orang
tua dan lingkungannya. Terimakasih untuk semua ayah di dunia atas segala
pengorbanan yang tak pernah berhenti untuk kami anak - anaknya.
1 komentar:
Orang Tua, baik ayah maupun ibu mempunyai kasih sayang yang tak terbatas dan tak ternilai harganya.
I Love My Parent
Posting Komentar