Surat yang
begitu indah, ternyata tempaan dan ujian dalam perjalanan hidup membuat
seseorang semakin menyadari akan dirinya dari mana ia berasal, menyadari bahwa
kemampuan serta semuanya yang dimilikinya sekarang bukan sesuatu yang bisa
dijadikan sebuah keangkuhan tapi menjadikan dirinya semakin rendah diri,
seperti ilmu padi "Semakin berisi, semakin menunduk" halah bahasanya
ha..ha...
Didikan Bapak
kepada anaknya yang seperti ini yang patut dan harus dicontoh oleh semua orang
tua dimanapun didunia ini...
Geraldine
putriku, aku jauh darimu, namun sekejap pun wajahmu tidak pernah jauh dari
benakku. Tapi kau dimana? Di Paris di atas panggung teater megah… aku tahu ini
bahwa dalam keheningan malam, aku mendengar langkahmu. Aku mendengar peranmu di
teater itu, kau tampil sebagai putri penguasa yang ditawan oleh bangsa Tartar.
Geraldine,
jadilah kau pemeran bintang namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan
kau mencium harum memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah.
Duduklah dan bacalah surat ini… aku adalah ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk
tampil dan menggapai puncak kebanggan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke
angkasa bersama riuh suara tepuk tangan para pemirsa. Terbanglah ke angkasa
namun sekali-kali pijakkan kakimu di bumi dan saksikanlah kehidupan masyarakat.
Kehidupan yang mereka tampilkan dengan perut kosong kelaparan di saat kedua kaki
mereka bergemetar karena kemiskinan. Dulu aku juga salah satu dari mereka.
Geraldine
putriku, kau tidak mengenalku dengan baik. Pada malam-malam saat jauh darimu
aku menceritakan banyak kisah kepadamu namun aku tidak pernah mengungkapkan
penderitaan dan kesedihanku. Ini juga kisah yang menarik. Cerita tentang
seorang badut lapar yang menyanyi dan menerima sedekah di tempat terburuk di
London. Ini adalah ceritaku. Aku telah merasakan kelaparan. Aku merasakan
pedihnya kemiskinan. Yang lebih parah lagi, aku telah merasakan penderitaan dan
kehinaan badut gelandangan itu yang menyimpan gelombang lautan kebanggaan dalam
hatinya. Aku juga merasakan bahwa uang recehan sedekah pejalan kaki itu sama
sekali tidak meruntuhkan harga dirinya. Meski demikian aku tetap hidup.
Geraldine
putriku, dunia yang kau hidup di dalamnya adalah dunia seni dan musik. Tengah
malam saat kau keluar dari gedung teater itu, lupakanlah para pemuja kaya itu.
Tapi kepada sopir taksi yang mengantarmu pulang ke rumah, tanyakanlah keadaan
istrinya. Jika dia tidak punya uang untuk membeli pakaian untuk anaknya,
sisipkanlah uang di sakunya secara sembunyi-sembunyi.
Geraldine
putriku, aku telah memerintahkan kepada wakilku di Paris untuk memberikan
sejumlah uang untuk keperluanmu tanpa menanyakan kebutuhanmu. Namun bila engkau
punya pengeluaran untuk orang lain, maka engkau harus mengirimkan bukti
pembayarannya.
Geraldine
putriku, sesekali naiklah bus dan kereta bawah tanah. Perhatikanlah masyarakat.
Kenalilah para janda dan anak-anak yatim dan paling tidak untuk satu hari saja
katakan: “Aku juga bagian dari mereka”. Pada hakikatnya kau benar-benar seperti
mereka. Seni sebelum memberikan dua sayap kepada manusia untuk bisa terbang, ia
akan mematahkan kedua kakinya terlebih dahulu. Ketika kau merasa sudah berada
di atas angin, saat itu juga tinggalkanlah teater dan pergilah ke pinggiran
Paris dengan taksimu. Aku mengenal dengan baik wilayah itu. Di situ kau akan
menyaksikan para seniman sepertimu. Mereka berakting lebih indah dan lebih
menghayati daripada kamu. Bedanya di situ tidak akan kau temukan gemerlap lampu
seperti di teatermu. Ketahuliah bahwa selalu ada orang yang berakting lebih
baik darimu. Engkau juga perlu tahu bahwa tidak pernah ada salah satu anggota
keluarga Chaplin yang begitu sombong mencerca seorang pengemis atau seorang
seniman di sekitar Paris.
Geraldine
putriku, aku mengirimkan cek ini untukmu, belanjakanlah sesuka hatimu. Namun
ketika kau ingin membelanjakan dua franc, berpikirlah bahwa franc ketiga bukan
milikmu. Itu adalah milik seorang miskin yang memerlukannya. Jika kau
menghendakinya, kau dapat menemukan orang miskin itu dengan sangat mudah. Jika
aku banyak berbicara kepadamu tentang uang, itu karena aku mengetahui kekuatan
‘anak setan’ ini dalam menipu…..
Aku tinggal lama
di tempat sirkus, dan aku merasa khawatir setiap kali melihat para pemain
akrobat yang bergantungan pada tali yang tipis dan bergetar. Namun putriku, aku
harus mengucapkan sebuah realita padamu bahwa rakyat kokoh berdiri di atas bumi
yang luas, tapi lebih banyak yang terjatuh ketimbang para pemain akrobat yang
bergantungan di tali itu.
Geraldine, ini
ayahmu tengah berbicara denganmu. Mungkin suatu malam gemerlap ada sebuah
berlian paling mahal di dunia yang menipumu. Pada malam itu, berlian tersebut
menjadi tali yang tidak kokoh di bawah kakimu dan kejatuhanmu sudah pasti
terjadi… Suatu hari ketika seorang bangsawan tampan secara licik menipumu, agar
engkau bermain dengan tali sirkus, maka perlu kau ketahui bahwa para pemain
amatir tali sirkus bakal terjatuh.
Jangan tambatkan
hatimu pada emas dan perhiasan lainnya. Berlian paling besar di dunia ini
adalah matahari yang bersinar menyinari seluruh alam. Namun bila suatu hari
engkau menambatkan hatimu kepada seorang pria yang punya hati bak mentari,
satukan hatimu dengannya, cintailah ia dengan sunguh-sungguh dan apa yang
engkau lakukan itu sebagai kewajiban. Dia lebih layak mendefinisikan cinta yang
berarti satu hati, ketimbang aku…
Putriku, seorang
wanita tidak layak menelanjangi dirinya karena seseorang dan sesuatu apa pun
itu… Ketelanjangan adalah penyakit zaman kita. Menurut pendapatku, tubuhmu
hanya menjadi milik seseorang yang ruhnya telanjang untukmu.
Geraldine
putriku, masih ada banyak hal yang akan aku ceritakan kepadamu, namun aku akan
menceritakannya di kesempatan lain. Dan aku akhiri suratku ini dengan;
“Jadilah
manusia, suci dan satu hati; karena lapar, menerima sedekah, dan mati dalam
kemiskinan, seribukali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki
perasaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar