Pak
Didi, lelaki berusia lebih dari 60 tahun yang nikmat penglihatannya kini sudah
diambil kembali oleh Sang Pemilik Sejati ini memang selalu menempati tempat
tersebut. Wajar jika pak Didi mendapatkan shaf pertama karena beliau selalu (sering)
menjadi orang pertama yang hadir di mushola. Terlebih jika sholat subuh,
beliaulah yang selalu melantunkan sholawat, membangunkan jamaah lain yang masih
terlelap dalam tidurnya. Dan ujung kiri adalah tempat yang paling mudah
dijangkau olehnya yang selalu datang dari pintu sebelah kiri, berjalan meraba
tembok dan berhenti ketika jangkauan tangannya menyentuh dinding bagian depan.
Pak
Didi, pria santun yang beberapa waktu lalu pernah aku tulis kisahnya lantaran rumus
90 langkah menuju musholanya. Pak Didi yang tetap istiqomah sholat berjamaah di
mushola, meskipun untuk sampai di sana beliau harus meraba dan menghitung
langkah kakinya karena kedua mata fisiknya tak mampu lagi membedakan gelap dan
terang. Bukan, bukan karena tak ada keluarga yang mengantarkan, tapi karena pak
Didi lebih senang berangkat ke mushola sendiri (khususnya untuk sholat Subuh,
sedang untuk sholat-sholat lainnya pak Didi sering diantar oleh istri atau
cucunya). Pak Didi yang telah membukakan kesadaranku, memberiku semangat untuk
terus sholat berjamaah di mushola. Dan jika kini aku mencoba kembali menulis
tentangnya, semua karena ‘hoby’ barunya.
Seminggu
terakhir, pak Didi sedang rajin menghafalkan ayat-ayat suci Al Quran. Kalau
surah Yaasiin sudah lama beliau hafal. Yang sekarang sedang menarik minatnya
untuk dihafalkan adalah surat An Nisaa’ ayat 59–60. Pernah aku bertanya ada apa
dengan ayat ini, sehingga beliau tergerak untuk menghafalkannya, apakah
ayat-ayat sebelumnya sudah hafal semua ataukah ada pengalaman khusus dengan
ayat ini? Dengan tersenyum ramah (salah satu ciri khasnya) beliau katakan bahwa
sebenarnya ayat-ayat lainnya belum hafal, tapi belaiu tertarik untuk menghafal
ayat tersebut lantaran beliau pernah mengikuti sebuah pengajian yang kebetulan
membahas ayat tersebut.
Bagaimana
pak Didi belajar menghafal, sedangkan membacapun beliau tak bisa?. Adalah Haji
Sidik atau terkadang pak Minong yang sering mendampingi pak Didi menghafal,
sambil menunggu datangnya waktu Isya. Dan meski sudah tergolong ‘sepuh’, daya
ingat pak Didi ternyata masih cukup kuat. Itu ku ketahui ketika kemarin malam
aku dimintanya untuk mendampingi beliau menghafal surat An Nisa ayat ke-59 dan
60. Kebetulan malam itu hanya ada aku dan pak Didi, jamaah lainnya yang biasa
mengaji sudah pada pulang, barangkali ada satu keperluan sehingga mereka baru
datang kembali beberapa saat sebelum azan Isya berkumandang. Dua ayat yang
cukup panjang ini mampu dihafal pak Didi dengan baik. Aku menyimak hafalan pak
Didi sambil membuka Al Quran. Hampir semuanya betul, hanya ada beberapa yang tajwidnya
kurang pas (menurutku).
Selanjutnya
pak Didi minta agar aku membacakan ayat selanjutnya. Dan Subhanallah, hanya
beberapa kali kubacakan, pak Didi langsung bisa menghafalnya. Bahkan, secara
tak sengaja akupun jadi ikut menghafalkan, meskipun baru satu ayat.
Alhamdulillah.
Satu
hal yang kudapat dari belajar menghafal bersama pak Didi malam itu. Semangat
pak Didi yang menggebu, dan ini membuatku merasa malu. Aku teringat masa kecil
di kampung dulu, almarhum Romelan mengajari kami menghafal juz Ama. Hampir
semua surat-surat di juz ke-30 berhasil kami hafalkan meskipun baru sebatas
hafalan tanpa mengerti arti dan kandungannya. Tapi kini, Astaghfirulloh!
Tinggal beberapa surat yang masih kuingat, itupun terbatas pada surat-surat
yang biasa ku baca di setiap sholat.
Pernah
beberapa waktu yang lalu, aku mencoba menghafalkan kembali surat-surat pendek
ditambah dengan artinya. Namun sayang, hafalanku terhenti di surat Al ‘Ashr.
‘Kesibukan’ duniawiku menjadi alasannya. Astaghfirulloh, ampuni aku ya Allah.
Dan
malam itu, ketika pak Didi meminta (tepatnya mengajakku) menghafal bersama,
muncul sebuah keinginan untuk kembali membenahi hafalanku yang dulu. Bukan
hanya hafal bacaannya, tapi juga artinya. Dengan mengerti artinya,
mudah-mudahan kedepannya bisa memahami kandungannya, insya Allah. Terima kasih
pak Didi, kembali untuk kedua kalinya engkau telah membukakan kesadaran
sekaligus memberikan semangat padaku. Semoga Allah menetapkan hidayah itu
padamu, juga kepadaku. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar