Alkisah,
pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan
sepasang kakek-nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh keluarga besar kakek dan
nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan.
Pasangan
kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapapun
bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut. Singkat kata, mereka
telah mengarungi bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang.
Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik secara
ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga
yang sangat ideal.
Di
sela-sela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang merayakan
peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat
romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang sangat menggiurkan
yang merupakan kegemaran pasangan tersebut.
Sang
kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan dan
memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya
sendiri.
Sang
nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur kecewa dan heran. Akhirnya
sang nenek berkata kepada sang kakek: “Suamiku, kita telah melewati 50 tahun
bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku
memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada
untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan
engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu.
Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat
menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya
sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan
ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu. Aku tidak pernah
lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita.
Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala
ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan
hal ini.”
Sang
kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan Sang nenek.
Akhirnya, sang kakek pun menjawab, “Istriku, ketika engkau memutuskan untuk
menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu
membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan
kepala ikan ini adalah hidangan yang sangat aku suka. Namun, aku selalu
menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang
terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati
hidangan kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging
ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.”
Mendengar
hal tersebut, sang nenek pun menangis. Mereka pun akhirnya berpelukan.
Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yang hadir sehingga
akhirnya merekapun ikut terharu.
Kadang
kala kita terkejut mendengar atau mengalami sendiri suatu hubungan yang sudah
berjalan cukup lama dan tidak mengalami masalah yang berarti, kandas di
tengah-tengah karena hal yang sepele, seperti masalah pada cerita di atas.
Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya hubungan tersebut,
melainkan terletak sejauh mana kita mengenali pasangan kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar